Tips & Trik Membuat Blog: COUNTER TAMU
Rabu, 13 Oktober 2010
Sabtu, 09 Oktober 2010
Kerajaan Sunda
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kerajaan Sunda (669-1579 M), menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah.
Wilayah kekuasaan:
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627), batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali ("Sungai Pamali", sekarang disebut sebagai Kali Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Naskah Wangsakerta, wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat Sunda.
Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun 458 Saka, bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja Sunda.
Beberapa orang berpendapat bahwa tahun prasasti tersebut harus dibaca sebagai 854 Saka (932 Masehi) karena tidak mungkin Kerajaan Sunda telah ada pada tahun 536 AD, di era Kerajaan Tarumanagara (358-669 AD ).
Rujukan lainnya kerajaan Sunda adalah Prasasti Sanghyang Tapak yang terdiri dari 40 baris yang ditulis pada 4 buah batu. Empat batu ini ditemukan di tepi sungai Cicatih di Cibadak, Sukabumi. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Kawi. Sekarang keempat prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta, dengan kode D 73 (Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi prasasti (menurut Pleyte):
Perdamaian dan kesejahteraan. Pada tahun Saka 952 (1030 M), bulan Kartika pada hari 12 pada bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, wuku Tambir. Hari ini adalah hari ketika raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramattunggadewa, membuat tanda pada bagian timur Sanghiyang Tapak ini. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk melanggar aturan ini. Dalam bagian sungai dilarang menangkap ikan, di daerah suci Sanghyang Tapak dekat sumber sungai. Sampai perbatasan Sanghyang Tapak ditandai oleh dua pohon besar. Jadi tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah. Siapa pun yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh makhluk halus, mati dengan cara mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, usus dihancurkan, dan dada dibelah dua.
Tanggal prasasti Jayabupati diperkirakan 11 Oktober 1030. Menurut Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952-964) saka (1030 - 1042AD).
Catatan sejarah dari Cina
Menurut F. Hirt dan WW Rockhill, ada sumber-sumber berita Cina tertentu mengenai Kerajaan Sunda. Pada saat Dinasti Sung Selatan, inspektur perdagangan dengan negara-negara asing, Chan Ju-kua mengumpulkan laporan dari para pelaut dan pedagang yang benar-benar mengunjungi negara-negara asing. Dalam laporannya tentang negara Jauh, Chu-fan-chi, yang ditulis dalam tahun 1178-1225 Masehi, menyebutkan pelabuhan air di Sin-t'o (Sunda). Chu-fan-chi melaporkan bahwa:
Orang-oarang tinggal di sepanjang pantai. Orang-orang tersebut bekerja dalam bidang pertanian, rumah-rumah mereka dibangun diatas tiang (rumah panggung) dan dengan atap jerami dengan daun pohon kelapa dan dinding-dindingnya dibuat dengan papan kayu yang diikat dengan rotan. Laki-laki dan perempuan membungkus pinggangnya dengan sepotong kain katun, dan memotong rambut mereka sampai panjangnya setengah inci. Lada yang tumbuh di bukit (negeri ini) bijinya kecil, tetapi berat dan lebih tinggi kualitasnya dari Ta-pan (Jawa Timur). Negara ini menghasilkan labu, tebu, telur kacang dan tanaman.
Buku berbahasa Cina "shun-feng hsiang-sung" dari sekitar 1430 AD mengatakan:
Dalam perjalanan ke arah timur dari Sunda, sepanjang pantai utara Jawa, kapal dikemudikan 97 1/2 derajat selama tiga jam untuk mencapai Kalapa, mereka kemudian mengikuti pantai (melewati Tanjung Indramayu), akhirnya dikemudikan 187 derajat selama empat jam untuk mencapai Cirebon. Kapal dari Banten berjalan ke arah timur sepanjang pantai utara Jawa, melewati Kalapa, melewati Indramayu, melewati Cirebon.Catatan sejarah dari Eropa
Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya menjelang jatuhnya Kerajaan Sunda oleh kekuatan Kesultanan Banten. Salah satu penjelajah itu adalah Tome Pires dari Portugal. Dalam laporannya "Summa Oriental (1513 - 1515)" ia menulis bahwa:
Beberapa orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari seluruh pulau Jawa; sebagian lagi mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya sepertiga dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya.Berdiriya kerajaan Sunda
Menurut Naskah Wangsakerta dari Cirebon, sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan Kerajaan Galuh yang mandiri. Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar, dekat Bogor saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timurFederasi antara Sunda dan Galuh
Putera Tarusbawa yang terbesar, Rarkyan Sundasambawa, wafat saat masih muda, meninggalkan seorang anak perempuan, Nay Sekarkancana. Cucu Tarusbawa ini lantas dinikahi oleh Rahyang Sanjaya dari Galuh, sampai mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan.
Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa/Sena/Sanna, Raja Galuh ketiga sekaligus teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh Purbasora. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tetapi lain ayah.
Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan Pajajaran, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara. Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora.
Saat Tarusbawa meninggal (tahun 723), kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada puteranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Rarkyan Panaraban berkuasa di Sunda-Galuh selama tujuh tahun (732-739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya; Sang Manarah (dalam carita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh, serta Sang Banga (Hariang Banga) di Sunda.
Sang Banga (Prabhu Kertabhuwana Yasawiguna Hajimulya) menjadi raja selama 27 tahun (739-766), tetapi hanya menguasai Sunda dari tahun 759. Dari Déwi Kancanasari, keturunan Demunawan dari Saunggalah, Sang Banga mempunyai putera bernama Rarkyan Medang, yang kemudian meneruskan kekuasaanya di Sunda selama 17 tahun (766-783) dengan gelar Prabhu Hulukujang. Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan kekuasaanya kepada menantunya, Rakryan Hujungkulon atau Prabhu Gilingwesi dari Galuh, yang menguasai Sunda selama 12 tahun (783-795).
Karena Rakryan Hujungkulon inipun hanya mempunyai anak perempuan, maka kekuasaan Sunda lantas jatuh ke menantunya, Rakryan Diwus (dengan gelar Prabu Pucukbhumi Dharmeswara) yang berkuasa selama 24 tahun (795-819). Dari Rakryan Diwus, kekuasaan Sunda jatuh ke puteranya, Rakryan Wuwus, yang menikah dengan putera dari Sang Welengan (raja Galuh, 806-813). Kekuasaan Galuh juga jatuh kepadanya saat saudara iparnya, Sang Prabhu Linggabhumi (813-842), meninggal dunia. Kekuasaan Sunda-Galuh dipegang oleh Rakryan Wuwus (dengan gelar Prabhu Gajahkulon) sampai ia wafat tahun 891.
Sepeninggal Rakryan Wuwus, kekuasaan Sunda-Galuh jatuh ke adik iparnya dari Galuh, Arya Kadatwan. Hanya saja, karena tidak disukai oleh para pembesar dari Sunda, ia dibunuh tahun 895, sedangkan kekuasaannya diturunkan ke putranya, Rakryan Windusakti. Kekuasaan ini lantas diturunkan pada putera sulungnya, Rakryan Kamuninggading (913). Rakryan Kamuninggading menguasai Sunda-Galuh hanya tiga tahun, sebab kemudian direbut oleh adiknya, Rakryan Jayagiri (916). Rakryan Jayagiri berkuasa selama 28 tahun, kemudian diwariskan kepada menantunya, Rakryan Watuagung, tahun 942. Melanjutkan dendam orangtuanya, Rakryan Watuagung direbut kekuasaannya oleh keponakannya (putera Kamuninggading), Sang Limburkancana (954-964).
Dari Limburkancana, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan oleh putera sulungnya, Rakryan Sundasambawa (964-973). Karena tidak mempunyai putera dari Sundasambawa, kekuasaan tersebut jatuh ke adik iparnya, Rakryan Jayagiri (973-989). Rakryan Jayagiri mewariskan kekuasaannya ka puteranya, Rakryan Gendang (989-1012), dilanjutkan oleh cucunya, Prabhu Déwasanghyang (1012-1019). Dari Déwasanghyang, kekuasaan diwariskan kepada puteranya, lalu ke cucunya yang membuat prasasti Cibadak, Sri Jayabhupati (1030-1042). Sri Jayabhupati adalah menantu dari Dharmawangsa Teguh dari Jawa Timur, mertua raja Airlangga (1019-1042).
Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja (1042-1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi ((1064-1154). Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, Rakryan Jayagiri (1154-1156), lantas oleh cucunya, Prabhu Dharmakusuma (1156-1175). Dari Prabu Dharmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, Prabhu Guru Dharmasiksa, yang memerintah selama 122 tahun (1175-1297). Dharmasiksa memimpin Sunda-Galuh dari Saunggalah selama 12 tahun, tapi kemudian memindahkan pusat pemerintahan kepada Pakuan Pajajaran, kembali lagi ke tempat awal moyangnya (Tarusbawa) memimpin kerajaan Sunda.
Sepeninggal Dharmasiksa, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya yang terbesar, Rakryan Saunggalah (Prabhu Ragasuci), yang berkuasa selama enam tahun (1297-1303). Prabhu Ragasuci kemudian diganti oleh putranya, Prabhu Citraganda, yang berkuasa selama delapan tahun (1303-1311), kemudian oleh keturunannya lagi, Prabu Linggadéwata (1311-1333). Karena hanya mempunyai anak perempuan, Linggadéwata menurunkan kekuasaannya ke menantunya, Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340), kemudian ke Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350). Dari Prabu Ragamulya, kekuasaan diwariskan ke putranya, Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357), yang di ujung kekuasaannya gugur saat Perang Bubat. Karena saat kejadian di Bubat, putranya -- Niskalawastukancana -- masih kecil, kekuasaan Sunda sementara dipegang oleh Patih Mangkubumi Sang Prabu Bunisora (1357-1371).
Prasasti Kawali di Kabuyutan Astana Gedé, Kawali, Ciamis.
Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra Linggabuana, Niskalawastukancana, yang kemudian memimpin selama 104 tahun (1371-1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang Haliwungan (Prabu Susuktunggal), yang diberi kekuasaan bawahan di daerah sebelah barat Citarum (daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang lama (1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah timur. Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai putera Ningratkancana (Prabu Déwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di daerah Galuh (1475-1482).
Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan menikahkan Jayadéwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh Jayadéwata, yang bergelar Sri Baduga Maharaja. Sapeninggal Jayadéwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa (1521-1535), kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Pajajaran runtuh.Raja-raja Kerajaan Sunda-Galuh
Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):
1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)
2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)
3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)
4. Rakeyan Banga (739 - 766)
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)
6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)
7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)
8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)
9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)
10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)
11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)
12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)
13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)
14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)
15. Munding Ganawirya (964 - 973)
16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)
17. Brajawisésa (989 - 1012)
18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)
19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)
20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)
21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)
22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)
23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)
24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)
25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)
26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)
27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)
28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)
29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)
30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)
31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)
32. Prabu Bunisora (1357-1371)
33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)
34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)
35. Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)
36. Prabu Surawisésa (1521-1535)
37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)
38. Prabu Sakti (1543-1551)
39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)
40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)
* Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
* Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" dari Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta.
* Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
* Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung.
Kerajaan Sunda (669-1579 M), menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah.
Wilayah kekuasaan:
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627), batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali ("Sungai Pamali", sekarang disebut sebagai Kali Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Naskah Wangsakerta, wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat Sunda.
Historiografi
Rujukan awal nama Sunda sebagai sebuah kerajaan tertulis dalam Prasasti Kebon Kopi II tahun 458 Saka (536 Masehi). Prasasti itu ditulis dalam aksara Kawi, namun, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini terjemahannya sebagai berikut:Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun 458 Saka, bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja Sunda.
Beberapa orang berpendapat bahwa tahun prasasti tersebut harus dibaca sebagai 854 Saka (932 Masehi) karena tidak mungkin Kerajaan Sunda telah ada pada tahun 536 AD, di era Kerajaan Tarumanagara (358-669 AD ).
Rujukan lainnya kerajaan Sunda adalah Prasasti Sanghyang Tapak yang terdiri dari 40 baris yang ditulis pada 4 buah batu. Empat batu ini ditemukan di tepi sungai Cicatih di Cibadak, Sukabumi. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Kawi. Sekarang keempat prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta, dengan kode D 73 (Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi prasasti (menurut Pleyte):
Perdamaian dan kesejahteraan. Pada tahun Saka 952 (1030 M), bulan Kartika pada hari 12 pada bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, wuku Tambir. Hari ini adalah hari ketika raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramattunggadewa, membuat tanda pada bagian timur Sanghiyang Tapak ini. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk melanggar aturan ini. Dalam bagian sungai dilarang menangkap ikan, di daerah suci Sanghyang Tapak dekat sumber sungai. Sampai perbatasan Sanghyang Tapak ditandai oleh dua pohon besar. Jadi tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah. Siapa pun yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh makhluk halus, mati dengan cara mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, usus dihancurkan, dan dada dibelah dua.
Tanggal prasasti Jayabupati diperkirakan 11 Oktober 1030. Menurut Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952-964) saka (1030 - 1042AD).
Catatan sejarah dari Cina
Menurut F. Hirt dan WW Rockhill, ada sumber-sumber berita Cina tertentu mengenai Kerajaan Sunda. Pada saat Dinasti Sung Selatan, inspektur perdagangan dengan negara-negara asing, Chan Ju-kua mengumpulkan laporan dari para pelaut dan pedagang yang benar-benar mengunjungi negara-negara asing. Dalam laporannya tentang negara Jauh, Chu-fan-chi, yang ditulis dalam tahun 1178-1225 Masehi, menyebutkan pelabuhan air di Sin-t'o (Sunda). Chu-fan-chi melaporkan bahwa:
Orang-oarang tinggal di sepanjang pantai. Orang-orang tersebut bekerja dalam bidang pertanian, rumah-rumah mereka dibangun diatas tiang (rumah panggung) dan dengan atap jerami dengan daun pohon kelapa dan dinding-dindingnya dibuat dengan papan kayu yang diikat dengan rotan. Laki-laki dan perempuan membungkus pinggangnya dengan sepotong kain katun, dan memotong rambut mereka sampai panjangnya setengah inci. Lada yang tumbuh di bukit (negeri ini) bijinya kecil, tetapi berat dan lebih tinggi kualitasnya dari Ta-pan (Jawa Timur). Negara ini menghasilkan labu, tebu, telur kacang dan tanaman.
Buku berbahasa Cina "shun-feng hsiang-sung" dari sekitar 1430 AD mengatakan:
Dalam perjalanan ke arah timur dari Sunda, sepanjang pantai utara Jawa, kapal dikemudikan 97 1/2 derajat selama tiga jam untuk mencapai Kalapa, mereka kemudian mengikuti pantai (melewati Tanjung Indramayu), akhirnya dikemudikan 187 derajat selama empat jam untuk mencapai Cirebon. Kapal dari Banten berjalan ke arah timur sepanjang pantai utara Jawa, melewati Kalapa, melewati Indramayu, melewati Cirebon.Catatan sejarah dari Eropa
Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya menjelang jatuhnya Kerajaan Sunda oleh kekuatan Kesultanan Banten. Salah satu penjelajah itu adalah Tome Pires dari Portugal. Dalam laporannya "Summa Oriental (1513 - 1515)" ia menulis bahwa:
Beberapa orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari seluruh pulau Jawa; sebagian lagi mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya sepertiga dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya.Berdiriya kerajaan Sunda
Menurut Naskah Wangsakerta dari Cirebon, sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan Kerajaan Galuh yang mandiri. Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar, dekat Bogor saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timurFederasi antara Sunda dan Galuh
Putera Tarusbawa yang terbesar, Rarkyan Sundasambawa, wafat saat masih muda, meninggalkan seorang anak perempuan, Nay Sekarkancana. Cucu Tarusbawa ini lantas dinikahi oleh Rahyang Sanjaya dari Galuh, sampai mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan.
Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa/Sena/Sanna, Raja Galuh ketiga sekaligus teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh Purbasora. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tetapi lain ayah.
Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan Pajajaran, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara. Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora.
Saat Tarusbawa meninggal (tahun 723), kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada puteranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Rarkyan Panaraban berkuasa di Sunda-Galuh selama tujuh tahun (732-739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya; Sang Manarah (dalam carita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh, serta Sang Banga (Hariang Banga) di Sunda.
Sang Banga (Prabhu Kertabhuwana Yasawiguna Hajimulya) menjadi raja selama 27 tahun (739-766), tetapi hanya menguasai Sunda dari tahun 759. Dari Déwi Kancanasari, keturunan Demunawan dari Saunggalah, Sang Banga mempunyai putera bernama Rarkyan Medang, yang kemudian meneruskan kekuasaanya di Sunda selama 17 tahun (766-783) dengan gelar Prabhu Hulukujang. Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan kekuasaanya kepada menantunya, Rakryan Hujungkulon atau Prabhu Gilingwesi dari Galuh, yang menguasai Sunda selama 12 tahun (783-795).
Karena Rakryan Hujungkulon inipun hanya mempunyai anak perempuan, maka kekuasaan Sunda lantas jatuh ke menantunya, Rakryan Diwus (dengan gelar Prabu Pucukbhumi Dharmeswara) yang berkuasa selama 24 tahun (795-819). Dari Rakryan Diwus, kekuasaan Sunda jatuh ke puteranya, Rakryan Wuwus, yang menikah dengan putera dari Sang Welengan (raja Galuh, 806-813). Kekuasaan Galuh juga jatuh kepadanya saat saudara iparnya, Sang Prabhu Linggabhumi (813-842), meninggal dunia. Kekuasaan Sunda-Galuh dipegang oleh Rakryan Wuwus (dengan gelar Prabhu Gajahkulon) sampai ia wafat tahun 891.
Sepeninggal Rakryan Wuwus, kekuasaan Sunda-Galuh jatuh ke adik iparnya dari Galuh, Arya Kadatwan. Hanya saja, karena tidak disukai oleh para pembesar dari Sunda, ia dibunuh tahun 895, sedangkan kekuasaannya diturunkan ke putranya, Rakryan Windusakti. Kekuasaan ini lantas diturunkan pada putera sulungnya, Rakryan Kamuninggading (913). Rakryan Kamuninggading menguasai Sunda-Galuh hanya tiga tahun, sebab kemudian direbut oleh adiknya, Rakryan Jayagiri (916). Rakryan Jayagiri berkuasa selama 28 tahun, kemudian diwariskan kepada menantunya, Rakryan Watuagung, tahun 942. Melanjutkan dendam orangtuanya, Rakryan Watuagung direbut kekuasaannya oleh keponakannya (putera Kamuninggading), Sang Limburkancana (954-964).
Dari Limburkancana, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan oleh putera sulungnya, Rakryan Sundasambawa (964-973). Karena tidak mempunyai putera dari Sundasambawa, kekuasaan tersebut jatuh ke adik iparnya, Rakryan Jayagiri (973-989). Rakryan Jayagiri mewariskan kekuasaannya ka puteranya, Rakryan Gendang (989-1012), dilanjutkan oleh cucunya, Prabhu Déwasanghyang (1012-1019). Dari Déwasanghyang, kekuasaan diwariskan kepada puteranya, lalu ke cucunya yang membuat prasasti Cibadak, Sri Jayabhupati (1030-1042). Sri Jayabhupati adalah menantu dari Dharmawangsa Teguh dari Jawa Timur, mertua raja Airlangga (1019-1042).
Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja (1042-1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi ((1064-1154). Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, Rakryan Jayagiri (1154-1156), lantas oleh cucunya, Prabhu Dharmakusuma (1156-1175). Dari Prabu Dharmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, Prabhu Guru Dharmasiksa, yang memerintah selama 122 tahun (1175-1297). Dharmasiksa memimpin Sunda-Galuh dari Saunggalah selama 12 tahun, tapi kemudian memindahkan pusat pemerintahan kepada Pakuan Pajajaran, kembali lagi ke tempat awal moyangnya (Tarusbawa) memimpin kerajaan Sunda.
Sepeninggal Dharmasiksa, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya yang terbesar, Rakryan Saunggalah (Prabhu Ragasuci), yang berkuasa selama enam tahun (1297-1303). Prabhu Ragasuci kemudian diganti oleh putranya, Prabhu Citraganda, yang berkuasa selama delapan tahun (1303-1311), kemudian oleh keturunannya lagi, Prabu Linggadéwata (1311-1333). Karena hanya mempunyai anak perempuan, Linggadéwata menurunkan kekuasaannya ke menantunya, Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340), kemudian ke Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350). Dari Prabu Ragamulya, kekuasaan diwariskan ke putranya, Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357), yang di ujung kekuasaannya gugur saat Perang Bubat. Karena saat kejadian di Bubat, putranya -- Niskalawastukancana -- masih kecil, kekuasaan Sunda sementara dipegang oleh Patih Mangkubumi Sang Prabu Bunisora (1357-1371).
Prasasti Kawali di Kabuyutan Astana Gedé, Kawali, Ciamis.
Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra Linggabuana, Niskalawastukancana, yang kemudian memimpin selama 104 tahun (1371-1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang Haliwungan (Prabu Susuktunggal), yang diberi kekuasaan bawahan di daerah sebelah barat Citarum (daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang lama (1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah timur. Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai putera Ningratkancana (Prabu Déwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di daerah Galuh (1475-1482).
Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan menikahkan Jayadéwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh Jayadéwata, yang bergelar Sri Baduga Maharaja. Sapeninggal Jayadéwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa (1521-1535), kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Pajajaran runtuh.Raja-raja Kerajaan Sunda-Galuh
Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):
1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)
2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)
3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)
4. Rakeyan Banga (739 - 766)
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)
6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)
7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)
8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)
9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)
10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)
11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)
12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)
13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)
14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)
15. Munding Ganawirya (964 - 973)
16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)
17. Brajawisésa (989 - 1012)
18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)
19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)
20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)
21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)
22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)
23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)
24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)
25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)
26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)
27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)
28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)
29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)
30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)
31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)
32. Prabu Bunisora (1357-1371)
33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)
34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)
35. Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)
36. Prabu Surawisésa (1521-1535)
37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)
38. Prabu Sakti (1543-1551)
39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)
40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)
* Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
* Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" dari Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta.
* Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
* Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung.
KIT MATEMATIKA SD ( PAKET 1 ) | |
---|---|
No | Nama alat |
Urut | |
1 | Model Dekak-dekak |
Model Bangun Ruang ( Masif ) | |
2 | * Masif Kubus |
3 | * Masif balok |
4 | * Masif Tabung |
5 | * Masif Limas |
6 | * Masif Kerucut |
7 | * Masif bola |
8 | * Masif Prisma |
Model bangun Volum ( Masif ) | |
9 | * Masif Kubus |
10 | * Masif Balok |
11 | * Masif Tabung |
12 | * Masif Limas |
13 | * Masif Kerucut |
14 | * Masif bola |
15 | * Masif Prisma |
Model Bangun Ruang Kerangka | |
16 | * Kerangka Kubus |
17 | * Kerangka balok |
18 | * Kerangka Limas |
19 | * Kerangka Prisma |
20 | Lambang Bilangan & dan Kartu gambar |
21 | Papan Panel |
22 | Model bangun datar |
23 | Model Lidi |
24 | Model tangram 7 |
25 | Model tangram 5 |
KIT MATEMATIKA SD ( PAKET 2 ) | |
No | |
Urut | |
1 | Blok Dines |
2 | Model Papan Berpaku |
3 | Blok Logika |
4 | Model Segitiga Siku - siku |
5 | Charta, daftar operasi bilangan cacah |
6 | Charta, daftar penjumlahan bilangan bulat |
7 | Charta, operasi perkalian bilangan bulat |
8 | Charta, garis bilangan pecahan |
9 | Charta, himpunan |
10 | Klinometer |
11 | Model Luas Segitiga |
12 | Model Bilangan 5an |
13 | Model Bilangan 7an |
14 | Blok Pecahan Lingkaran |
15 | Blok Pecahan Persegi |
Ipa untuk SD
![]() |
Add caption |
![]() |
Add caption |
![]() |
Add caption |
No | Nama Alat | Vol / Set | Harga |
---|---|---|---|
1 | Kit Neraca | 1 Set | Rp1,975,000 |
2 | kit Air | 1 Set | Rp950,000 |
3 | kit Mineral | 1 Set | Rp1,350,000 |
4 | Carta Angin | 1 Set | Rp425,000 |
5 | Kit Bunyi | 1 Set | Rp1,575,000 |
6 | Penyesuaian Diri Binatang | 1 Set | Rp525,000 |
7 | Kartu Nutrisi | 1 Set | Rp475,000 |
8 | Sistem Pencernaan Makanan Manusia | 1 Set | Rp575,000 |
9 | Kit Minyak Bumi dan Batu Bara | 1 Set | Rp1,750,000 |
10 | Kit Cahaya | 1 Set | Rp2,375,000 |
11 | Kit Optik | 1 Set | Rp2,500,000 |
12 | Kit Pesawat Sederhana | 1 Set | Rp2,750,000 |
13 | Perubahan Bentuk Energi | 1 Set | Rp750,000 |
14 | Kit Panas | 1 Set | Rp2,550,000 |
15 | Perkembangbiakan tumbuhan | 1 Set | Rp350,000 |
16 | Kit Magnet | 1 Set | Rp2,750,000 |
17 | Kit Listrik | 1 Set | Rp2,750,000 |
18 | Sistem Tata Surya | 1 Set | Rp750,000 |
19 | Apron Matahari, Bumi, Bulan | 1 Set | Rp550,000 |
20 | Lemari untuk Kit / Alat | 1 Set | Rp1,950,000 |
21 | Tiang Penyangga | 1 Set | Rp375,000 |
Jumlah Total | Rp30,000,000 |
Rabu, 06 Oktober 2010
IPA berbasis IT
|
No | Nama dan Spesifikasi | Volume | |
---|---|---|---|
1 | Piranti Antarmuka 6 Kanal; Input 6 kanal; 2 kanal analog dengan konektor BT, 2 kanal digital dengan konektor BT dan 2 kanal analog dengan konektor 4mm | 1 | set |
2 | Sensor Suhu (-20…1250C); NTC transmitor 20 kOhm; koneksi BT (British Telcom); Panjang Kabel 150 cm | 1 | set |
3 | Sensor Bunyi; Ukuran 50 x 35 x 20 mm; Rentang Input Bunyi ± 45 Pa (0,45 mbar) > 124 dB; Rentang tegangan output ± 10 V; Resolusi 22 mPa (0,22 mbar); Rentang Frekuensi 50 - 12.000 Hz; Koneksi BT | 1 | set |
4 | Sensor Cahaya; Ukuran Dia. 15 x 126 mm; Rentang pengukuran: 0,1 W/m2 - 10 W/m2; Resolusi: 2,5 mW/m2; Respon spektrum: 300 - 1100 mm; Koneksi BT | 1 | set |
5 | Sensor Gaya; Ukuran Dia. 116 x 75 x 25 mm; Rentang pengukuran: 10 N - 100 N; Tegangan Output 0 - 5 V; Resolusi 0,003 N; Akurasi ± 0,01 N; Koneksi BT | 1 | set |
6 | Adaptor BT Piug | 1 | set |
7 | Sensor Tegangan; Rentang tegangan input: ± 10V; Rentang tegangan output ± 7 V; Resolusi: 7,9 mV; Koneksi BT | 1 | set |
8 | Sensor Gerak Ultrasonik BT; Ukuran: 115 x 65 x 34 mm; Jarak minimum: 0,2 m; Jarak maksimum 6 - 10 m; Resolusi: 1 mm; Frekuensi ultrasonik: 49,4 kHz; Koneksi: BT | 1 | set |
9 | Sensor Tekanan (0…700kPa); Ukuran: 50 x 35 x 20 mm; Rentang penukuran: 0 - 700kPa (0 - 7 atm); Tegangan output: 0,2 - 4,7 V; Resolusi: 0,16 kPa (0,0016 atm); Koneksi: BT | 1 | set |
10 | Aplikasi perangkat lunak | 1 | buah |
11 | Netbook; Intel Atom prosesor N270 (512KB L2 cache, 1,66 GHz, 533 MHz FSB) Hyper Threading, 10,1" Widescreen TFT Display, Intel 945GM Express Chipset with Intel GMA 950, DDR2 1 GB, HDD 160GB, VGA-out, 10/100 LAN, 5-in-1 Media Reader, 3 Cell Battery, Blueto | 1 | unit |
12 | LCD Projector; SVGA (800 x 600), Lumens 2300 ANSI, 4:3, 2000:1, 2.3 Kg | 1 | unit |
No | Nama dan Spesifikasi | Volume | |
---|---|---|---|
1 | Mikroskop Digital; Kamera digital built-in dalam badan mikroskop (1280 x 1024 piksel, 0,5" CIMOS); pembesaran 1.000 x | 1 | set |
2 | Perangkat Pemeliharaan Mikroskop | 1 | set |
3 | Mikroslaid Darah Manusia | 2 | buah |
4 | Mikroslaid Tulang Rawan | 2 | buah |
5 | Mikroslaid Tulang Keras | 2 | buah |
6 | Mikroslaid Pinus sp, daun, p.l. | 2 | buah |
7 | Mikroslaid Lilium (3 macam) | 2 | set |
8 | Mikroslaid Biologi (6 macam) | 2 | set |
9 | Kotak Sediaan (kapasitas 100 slaid) | 1 | buah |
10 | Kaca Benda | 2 | pak |
11 | Kaca Penutup; 20 x 20 mm | 2 | pak |
12 | Laptop | 1 | set |
Selasa, 05 Oktober 2010
Multimedia laboratorium bahasa
Laboratorium Bahasa Multimedia:
adalah merupakan pengembangan lebih dari sistem lab bahasa konvensional menuju ke sistem lab bahasa berbasis komputer yang lebih aplikatif dan fleksibel.
Lab Bahasa Multimedia PT Visisndo Mitra Indonesia menggunakan software “TeachingLab” merupakan sebuah software sistem kontrol audio lab bahasa yang bekerja melalui jaringan LAN komputer. Menggunakan audio streaming menghasilkan komunikasi suara yang jernih. TeachingLab juga disertai sistem kontrol PC sehingga dapat juga digunakan sebagai alat pengajaran dalam sebuah lab komputer biasa.
Sistem full software sangat meminimalkan segi kerusakan alat permanen (hardware), mudah dalam perawatan, anda cukup menginstall ulang software jika terjadi kerusakan pada komputer dan lab dapat digunakan lagi.
TeachingLab telah dikembangkan lebih dari 4 tahun yang bermula dari sistem lab bahasa konvensional menuju ke sistem lab bahasa multimedia yang lebih aplikatif dan fleksibel.
TeachingLab merupakan solusi dari sistem lab bahasa yang ada di Indonesia yang tidak dipungkiri sering menimbulkan berbagai masalah. Diantara masalah yang ada yaitu alat yang mudah rusak, ketidak tersediaan suku cadang, kesulitan dalam
pengoperasian, harga produk yang sangat tinggi serta pelayanan purna jual yang kurang memuaskan. Jika dicek dari semua sekolah di Indonesia yang memiliki fasilitas lab bahasa maka kurang dari 50% yang dapat beroperasi secara baik.
Lab bahasa merupakan salah satu fasilitas kebanggaan suatu sekolah karena dengan mahalnya alat dan sulitnya mendapatkan produk lab bahasa tersebut. Seiringnya perkembangan teknologi lab bahasa konvensional sudah mulai ditinggalkan. Selain karena susah dalam perawatan, sistem lab bahasa yang sekarang juga dituntut untuk multi fungsi agar dapat mengarah ke sistem pembelajaran berbasis ICT. PT. Visindo Mitra Indonesia dengan software TeachingLab-nya merupakan salah satu pelopor dari banyak produk lab bahasa yang mencoba beralih kearah multimedia komputer yang sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan saat ini.
Dengan misi untuk ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, kami PT. Visindo Mitra Indonesia akan berusaha memberikan pelayanan terbaik yang tidak hanya berorientasi bisnis semata. Dengan harga yang relatif terjangkau diharapkan Laboratorium Bahasa Multimedia dapat digunakan untuk setiap sekolah di Indonesia yang memiliki keterbatasan dana sekalipun.
Tentunya TeachingLab masih mempunyai banyak kekurangan, kami, PT Visindo Mitra Indonesia sangat menerima saran serta kritik membanguan dari anda serta kami juga mohon dukungannya agar PT. Visindo Mitra Indonesia tetap eksis agar tetap dapat berperan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Lab Bahasa Multimedia PT Visisndo Mitra Indonesia menggunakan software “TeachingLab” merupakan sebuah software sistem kontrol audio lab bahasa yang bekerja melalui jaringan LAN komputer. Menggunakan audio streaming menghasilkan komunikasi suara yang jernih. TeachingLab juga disertai sistem kontrol PC sehingga dapat juga digunakan sebagai alat pengajaran dalam sebuah lab komputer biasa.
Sistem full software sangat meminimalkan segi kerusakan alat permanen (hardware), mudah dalam perawatan, anda cukup menginstall ulang software jika terjadi kerusakan pada komputer dan lab dapat digunakan lagi.
TeachingLab telah dikembangkan lebih dari 4 tahun yang bermula dari sistem lab bahasa konvensional menuju ke sistem lab bahasa multimedia yang lebih aplikatif dan fleksibel.
TeachingLab merupakan solusi dari sistem lab bahasa yang ada di Indonesia yang tidak dipungkiri sering menimbulkan berbagai masalah. Diantara masalah yang ada yaitu alat yang mudah rusak, ketidak tersediaan suku cadang, kesulitan dalam
pengoperasian, harga produk yang sangat tinggi serta pelayanan purna jual yang kurang memuaskan. Jika dicek dari semua sekolah di Indonesia yang memiliki fasilitas lab bahasa maka kurang dari 50% yang dapat beroperasi secara baik.
Lab bahasa merupakan salah satu fasilitas kebanggaan suatu sekolah karena dengan mahalnya alat dan sulitnya mendapatkan produk lab bahasa tersebut. Seiringnya perkembangan teknologi lab bahasa konvensional sudah mulai ditinggalkan. Selain karena susah dalam perawatan, sistem lab bahasa yang sekarang juga dituntut untuk multi fungsi agar dapat mengarah ke sistem pembelajaran berbasis ICT. PT. Visindo Mitra Indonesia dengan software TeachingLab-nya merupakan salah satu pelopor dari banyak produk lab bahasa yang mencoba beralih kearah multimedia komputer yang sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan saat ini.
Dengan misi untuk ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, kami PT. Visindo Mitra Indonesia akan berusaha memberikan pelayanan terbaik yang tidak hanya berorientasi bisnis semata. Dengan harga yang relatif terjangkau diharapkan Laboratorium Bahasa Multimedia dapat digunakan untuk setiap sekolah di Indonesia yang memiliki keterbatasan dana sekalipun.
Tentunya TeachingLab masih mempunyai banyak kekurangan, kami, PT Visindo Mitra Indonesia sangat menerima saran serta kritik membanguan dari anda serta kami juga mohon dukungannya agar PT. Visindo Mitra Indonesia tetap eksis agar tetap dapat berperan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Operating system For Master
![]() | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1.Intercom : Komunikasi audio dua arah melalui headset, guru dapat berbicara dengan siswanya melalui headset yang terhubung ke soundcard komputer. 2.Model : Memperdengarkan suara salah satu siswa ke seluruh siswa dalam kelas. Digunakan untuk menunjuk salah satu siswa sebagai contoh dalam speaking. 3.Record Voice : Berkomunikasi audio sekaligus merekam suara siswa yang dipilih kedalam file. 4.Play record : Memutar hasil dari rekaman siswa. 5.Lock PC : Mengunci fungsi mouse dan keyboard siswa, digunakan saat menerangkan agar siswa fokus terhadap pelajaran yang diberikan guru dan tidak bermain-main komputer sendiri. 6.Remote PC : Digunakan untuk mengendalikan layar komputer siswa dari komputer guru. 7.Turn Off PC : Digunakan untuk mematikan komputer siswa dari komputer guru. 8.Desktop Monitoring : dapat melihat tampilan desktop siswa, desktop siswa dapat tampil secara Thumbnails pada panel kontrol siswa. 9.Talk to ALL : Berbicara ke seluruh siswa dalam kelas melalui headset. 10.Audio Broadcast : Mengirimkan sinyal audio MP3/Wav ke seluruh siswa secara bersama-sama. 11.Transfer File : Mengirim file keseluruh siswa secara bersama-sama untuk langsung dibuka, dapat juga dikirim kedalam group belajar. 12.Clone Desktop All : Mengirimkan layar komputer guru keseluruh siswa. Digunakan saat menerangkan materi secara bersama-sama. 13.Lock All Client : Mengunci mouse dan keyboard seluruh siswa. 14.Testing dengan skor otomatis, dapat diaplikasikan untuk berbagai matapelajaran tidak hanya untuk bahasa inggris. File laporan dapat disimpan dalam format Excel. 15.Dilengkapi juga fasilitas backup hasil rekaman. |
![]() | ||||
Operational for student Panel control client, akan muncul secara otomatis setiap software master mendeteksi adanya software client yang aktif di computer dalam jaringan. Panel control client dapat dipindah-pindahkan posisinya sesuai keinginan (dapat di drag). Adapaun functional system pada client adalah sebagai berikut : 1.Intercom : Komunikasi audio dua arah melalui headset, guru dapat berbicara dengan siswanya melalui headset yang terhubung ke soundcard komputer. 2.Model : Memperdengarkan suara salah satu siswa ke seluruh siswa dalam kelas. Digunakan untuk menunjuk salah satu siswa sebagai contoh dalam speaking. 3.Record : Berkomunikasi antara guru dengan siswa sekaligus merekam suara siswa yang dipilih kedalam file. 4.Play : Memutar file hasil dari rekaman siswa. 5.Chat : Dilakukan untuk komunikasi berbasis teks dengan siswa. 6.Desktop Spy : Digunakan untuk melihat layer computer siswa tanpa diketahui siswa yang bersangkutan. 7.Remot PC : Digunakan untuk mengendalikan computer siswa dari computer guru. 8.Send Desktop : Digunakan untuk menampilkan layar computer guru ke layar computer siswa. |
Sabtu, 02 Oktober 2010
Jumat, 01 Oktober 2010
kerjasama laboratorium bahasa
Dengan hormat,
Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan, terutama dalam penguasaan Bahasa Asing, dengan ini kami menawarkan Paket Kerjasama Pendidikan Bahasa Inggris dengan Fasilitas Peralatan Lab. Bahasa 32 Chanel.
Adapun Paket Penawaran kami tersebut adalah :
1. Secara garis besar materi pembelajaran di laboratorium Bahasa adalah sebagai berikut :
a. Listening : Adalah materi mengenai penekanan pendengaran dalam Bahasa Inggris.
b. Writing : Adalah materi mengenai cara menulis suatu kata / kalimat dalam Bahasa Inggris.
c. Reading : Adalah materi mengenai cara membaca suatu kata / kalimat dalam Bahasa Inggris.
d. Speaking : Adalah materi mengenai kelancaran berbicara dalam Bahasa Inggris
2. Tenaga Pengajar/Instruktur yang kami sediakan adalah Tenaga Pengajar berpengalaman di bidangnya dan selalu diberikan pelatihan sesuai dengan perkembangan system dan program pendidikan khususnya Bahasa Inggris.
3. Peralatan Laboratorium bahasa dengan perincian sebagai berikut :
4. Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Lab. Bahasa termasuk sparepart selama masa kerjasama pendidikan.
5. Biaya Pendidikan Per-bulan, untuk membiayai kegiatan Pembelajaran di Lab. Bahasa sebagai berikut : a. Honor Instruktur / Staf Pengajar
b. Modul Pembelajaran KTSP sebagai materi Sumber Belajar
c. Maintenance Peralatan Lab. Bahasa 32 Chanel tipe Deluxe termasuk Penggantian Komponen dan Peralatan
d. Evaluasi Kegiatan Pembelajaran dan Sertifikat Siswa
e. Biaya Listrik
f. Honor Tenaga Teknisi dan Petugas Kebersihan Ruangan Laboratorium
g. Pajak dan Keuntungan Perusahaan.
PERSYARATAN :
1. Pihak Sekolah menyiapkan ruangan Laboratorium, listrik dan memberikan jaminan keamanan terhadap keberadaan Lab. Bahasa
2. Waktu Program Kerjasama minimal 2 (dua) tahun (dua empat bulan) efektif.
3. Jadwal pembelajaran untuk masing – masing siswa 1 x dalam 1 (satu) Minggu dengan Durasi waktu 1 x 60 menit / disesuaikan dengan jadwal belajar siswa di sekolah.
4. Jumlah siswa selama masa Program Kerjasama minimal 300 siswa. Demikian Penawaran ini kami sampaikan, semoga dapat direalisasikan. Atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
1. Secara garis besar materi pembelajaran di laboratorium Bahasa adalah sebagai berikut :
a. Listening : Adalah materi mengenai penekanan pendengaran dalam Bahasa Inggris.
b. Writing : Adalah materi mengenai cara menulis suatu kata / kalimat dalam Bahasa Inggris.
c. Reading : Adalah materi mengenai cara membaca suatu kata / kalimat dalam Bahasa Inggris.
d. Speaking : Adalah materi mengenai kelancaran berbicara dalam Bahasa Inggris
2. Tenaga Pengajar/Instruktur yang kami sediakan adalah Tenaga Pengajar berpengalaman di bidangnya dan selalu diberikan pelatihan sesuai dengan perkembangan system dan program pendidikan khususnya Bahasa Inggris.
3. Peralatan Laboratorium bahasa dengan perincian sebagai berikut :
No | Jenis Perangkat / Spesifikasi | Vol / | ||
---|---|---|---|---|
Satuan | ||||
1 | 2 | 3 | ||
I | Master Teacher control Console | 1 unit | ||
Master Control terdiri dari dual control system yaitu Komputer dan Manual, jika salah satu sistem ada kerusakan maka dapat menggunakan sistem kontrol yang lainnya sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. | ||||
Computer Control System (CCS) for comunication between teacher and student : | ||||
- Student Library | ||||
- All Listen | ||||
- Intercom | ||||
- Interactive Button | ||||
- Headeset | ||||
- Speaker | ||||
- Read | ||||
- Reset | ||||
- Close Program | ||||
- Audio Input | : | Headset mic.with condesor type | ||
DVD / VCD Player | ||||
Tapedeck Recorder | ||||
Personal Computer | ||||
- Audio Output | : | Headset | ||
Speaker Room | ||||
- Low voltage to student | : | 12 Volt DC (save electric contact for students) | ||
2 | Personal Computer with Monitor | Intel Pentium Dual Core (2.2 Ghz) | 1 unit | |
Chipset NVIDIA GeForce 7050 + nForce 620i | ||||
DDR II 2 GB RAM PC 5300 | ||||
HDD 160 GB SATA | ||||
USB Keyboard & Optical Mouse | ||||
Acer 15" Widescreen LCD | ||||
DVD RW | ||||
3 | Master Tape Recorder | 1 unit | ||
- Power Supply | : | 12 VDC (switching) | ||
- Input Level | : | -22 dB,47KOhm or more | ||
- Output Level | : | -10 dB, 100 Ohm | ||
- Frequency Response | : | 63 Hz-10Hz | ||
- S/N Ratio | : | More than 49 dB | ||
- Distortion | : | Less than 1 %(315KHz playback) | ||
- Wow and Flutter | : | Less than 0,1% | ||
- Recording | : | AC bias (approx 150 KHz) | ||
4 | DVD / VCD / MP3 Player | 1 unit | ||
- Branded, 1 CD Changer | ||||
- Remote Control | ||||
5 | Student Amplifier with Call. Buttom | 32 unit | ||
- Frequency Response | : | 100 - 10,000Hz | ||
- Input | : | Headset Mic | ||
- Output | : | Headset Earphone | ||
- Power Consumption | : | 0,6 watt | ||
- Power Requirement | : | 12 volt DC | ||
6 | Student Headphone With Microphone | 33 unit | ||
Headphone : | ||||
- Frequency Range | : | 20 Hz - 10,000 Hz | ||
- Sensitivity | : | 92 dB/SPL | ||
- Power Consumption | : | 0,6 watt | ||
- Impedance | : | 32 Ohms | ||
Microphone : | ||||
- Impedance | : | 2K Ohms | ||
- Frequency Range | : | 100 Hz - 10 KHz | ||
- Sensitivity | : | -58 dB + 3 dB @ 1KHz | ||
7 | Room speaker | 2 unit | ||
- Output Power | : | 5-15 watt max | ||
- Frequency Response | : | 100-12,000 Hz | ||
- Impedance | : | 8 Ohms | ||
8 | Power Supply Unit | 1 unit | ||
- Ac Input | : | 176 VAC-264VAC/50 Hz | ||
- Output | : | 12 Volt Dc | ||
- Protection System | : | If short circuit occurred in this device, this power supply unit will not be burned at the circuit | ||
9 | Connecting Cable : Belden | 32 set | ||
10 | Student Twinbooth desk (knockdown) | 16 unit | ||
- Wooden Made | : | 15 mm Particel Wood lapis tacon klir jati | ||
- Dimension | : | Length: 120cm Width: 55cm height: 122 cm | ||
11 | Teacher Control Console Desk | 1 unit | ||
- Wodden Made | : | 15 mm multiplek lapis tacon klir jati | ||
- Dimension | : | Length: 160cm Width: 80cm Height : 80 cm | ||
12 | Teachaer Chair | 1 unit | ||
- Sandaran Dinamis dengan tangan | ||||
- Tinggi Rendah dapat diatur | ||||
- Kaki beroda 5 buah | ||||
13 | Student Chair | 32 unit | ||
- Kursi Lipat, Sandaran kokoh | ||||
- Dilapisi Nickel Chrome | ||||
- Tepi Plat Dudukan tidak Tajam | ||||
14 | Air Conditioner | 1 unit | ||
- 1PK | ||||
- Split | ||||
15 | Karpet | Polyster | 1 lot | |
16 | TV Plasma | 1 unit | ||
Branded | ||||
Super Slims 32" | ||||
17 | Instalasi | 1 pkt | ||
18 | Training (Gratis) | 1 pkt |
5. Biaya Pendidikan Per-bulan, untuk membiayai kegiatan Pembelajaran di Lab. Bahasa sebagai berikut : a. Honor Instruktur / Staf Pengajar
b. Modul Pembelajaran KTSP sebagai materi Sumber Belajar
c. Maintenance Peralatan Lab. Bahasa 32 Chanel tipe Deluxe termasuk Penggantian Komponen dan Peralatan
d. Evaluasi Kegiatan Pembelajaran dan Sertifikat Siswa
e. Biaya Listrik
f. Honor Tenaga Teknisi dan Petugas Kebersihan Ruangan Laboratorium
g. Pajak dan Keuntungan Perusahaan.
PERSYARATAN :
1. Pihak Sekolah menyiapkan ruangan Laboratorium, listrik dan memberikan jaminan keamanan terhadap keberadaan Lab. Bahasa
2. Waktu Program Kerjasama minimal 2 (dua) tahun (dua empat bulan) efektif.
3. Jadwal pembelajaran untuk masing – masing siswa 1 x dalam 1 (satu) Minggu dengan Durasi waktu 1 x 60 menit / disesuaikan dengan jadwal belajar siswa di sekolah.
4. Jumlah siswa selama masa Program Kerjasama minimal 300 siswa. Demikian Penawaran ini kami sampaikan, semoga dapat direalisasikan. Atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
PUSAT SUMBER BELAJAR (PSB) BERBASIS TIK SMA TAHUN 2010
No | Nama dan Spesifikasi | Volume |
---|---|---|
1 | Personal Computer (PC); Processor Interl Dual Core T5400; Memory DDR2 1 GB; Hardisk 160 GB; VGA Integrated Share up to 128 MB; Lan Card 10/100; Sound Card on Board; DVDRW, Keyboard & Mouse, LCD 15"; Mini Tower; Desktop Speaker, Non OS | 10 Unit |
2 | Server; Processor Dual Core-AMD Opteron (2,2 GHz, 75W, 2MB), 1 GB PC2-6400 ECC (DDR2-800 MHz) (1 x 1 GB), 4Port SATA Controller with Embedded RAID (0, 1,5), 160 GB SATA HDD, Maximum Internal Storage 3,0TB (4 x 750 GB) SATA (with opetional HDD), 16x SATA D | 1 Unit |
3 | Networking (kit); Hub/Swich 20/100 autosense 8 port + 4 patch cable | 1 Unit |
4 | Modul Pusat Sumber Belajar; Sistem Aplikasi Pembelajaran SMA Interaktif | 20 uit |
Langganan:
Postingan (Atom)