Sumber: Motivasi Dari Status Facebook Teman
Selasa, 28 Desember 2010
Motivasi Dari Status Facebook Teman
Walapun belum melakukan survey secara mendalam, rasanya lebih dari 50 persen teman facebook saya pernah menuliskan Kata Motivasi di status facebook mereka. Biasanya mereka mengutip kata motivasi terkenal oleh Zig Ziglar, termasuk juga kata-kata penyemangat dari Pak Mario Teguh, dan sebagainya. Jadi, jika Anda punya banyak teman di facebook maka anda tak akan kekurangan sumber motivasi, tinggal amat-amati saja status facebook teman-teman Anda. Tapi kalo semua temau itu status facebooknya semua negatif-negatif saja, atau notifikasi game saja, itu berarti saatnya ganti teman bro! hehe..
Agar kita tetap termotivasi, maka memang lebih mudah jika kita berada di lingkungan yang memberikan banyak motivasi. Ganti teman maksudnya bukan musuhan dan berhenti jadi teman atau memutuskan persaudaraan, melainkan hanya ganti fokusnya saja, agar motivasi yang mestinya tumbuh dalam diri kita tidak selalu digerogoti teman-teman yang negatif itu.
Akan lebih bagus lagi memang, kalau kita juga bisa ikut Andil memperbaiki motivasi dalam diri teman-teman kita, termasuk teman di facebook. Sipp ya?
Alangkah Baiknya Jika Kita Mampu Memotivasi Diri Sendiri
Tak sedikit atau katakanlah sangat banyak orang gemar menghadiri seminar motivasi karena berharap memperoleh semangat yang baru yang mampu memotivasi diri mereka. Itu termasuk saya juga loh dulunya, hehe...Namun seringkali motivasi dan semangat baru itu tidak bertahan lama, bahkan dalam waktu singkat mereka kembali pada pola dan kebiasaan lama. Semangat meraih impian mulai pudar dan mereka menunggu dipompa kembali melalui seminar motivasi berikutnya. Mengapa?
Jumat, 17 Desember 2010
Sejarah kabupaten Subang
Sumber : http://www.subang.go.id/sejarah.php
Bukti adanya kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang adalah ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden, Kalijati dan Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda prasejarah bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dengan pola sangat sederhana.
Selain itu, dalam periode prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Sagalaherang.
Hindu
Pada saat berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan, yakni Tarumanagara, Galuh, dan Pajajaran. Selama berkuasanya 3 kerajaan tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sudah ada kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim hingga di luar kawasan Nusantara. Peninggalan berupa pecahan-pecahan keramik asal Cina di Patenggeng (Kalijati) membuktikan bahwa selama abad ke-7 hingga abad ke-15 sudah terjalin kontak perdagangan dengan wilayah yang jauh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa tersebut, wilayah Subang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires seorang Portugis yang mengadakan perjalanan keliling Nusantara menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah timur Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah kerajaan Sunda.
Islam
Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan agama Islam ke berbagai pelosok Subang.
Kolonialisme
Pasca runtuhnya kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya wilayah lain di P. Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat kerajaan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda berupaya menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat konflik Mataram-VOC, wilayah Kabupaten Subang, terutama di kawasan utara, dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara turun-temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda. Lahan yang dikuasai penguasa perkebunan saat itu mencapai 212.900 ha. dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di daerah ini, pemerintah Belanda membentuk distrik-distrik yang membawahi onderdistrik. Saat itu, wilayah Subang berada di bawah pimpinan seorang kontrilor BB (bienenlandsch bestuur) yang berkedudukan di Subang.
Nasionalisme
Tidak banyak catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten Subang. Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916 di Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap (Pabuaran) dan di Sukamandi (Ciasem). Selanjutnya, pada tahun 1928 berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo (karyawan kantor pos), dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra (karyawan P & T Lands). Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas percetakan tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng Jayawisastra dipecat sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng Jayawisastra dan Tohari mendirikan cabang Partai Nasional Indonesia yang berkedudukan di Subang. Sementara itu, Darmodiharjo tahun 1935 mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang Parindra dan Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di Jakarta menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop Sukamandi digelar rapat akbar GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan serupa dengan GAPI Pusat.
Jepang
Pendaratan tentara angkatan laut Jepang di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret 1942 berlanjut dengan direbutnya pangkalan udara Kalijati. Direbutnya pangkalan ini menjadi catatan tersendiri bagi sejarah pemerintahan Hindia Belanda, karena tak lama kemudian terjadi kapitulasi dari tentara Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda di Nusantara serta merta jatuh ke tangan tentara pendudukan Jepang. Para pejuang pada masa pendudukan Belanda melanjutkan perjuangan melalui gerakan bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang ini Sukandi (guru Landschbouw), R. Kartawiguna, dan Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara Jepang.
Merdeka
Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada didirikannya berbagai badan perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat (BKR), API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan lain-lain, banyak di antara anggota badan perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI. Saat tentara KNIL kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang menghadapinya melalui dua front, yakni front selatan (Lembang) dan front barat (Gunung Putri dan Bekasi). Tahun 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang. Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas pertimbangan strategi perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946 diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari jabatannya. Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil residen. Pada masa gerilya selama Agresi Militer Belanda I, residen tak pernah jauh meninggalkan Subang, sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para pejuang, saat itu residen bermukim di daerah Songgom, Surian, dan Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat memutuskan : 1.Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2.Wilayah Karawang Timur menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya Danta Gandawikarma. 3.Wilayah Karawang Barat menjadi Kabupaten Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei. Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibukotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No. : 01/SK/DPRD/1977.
Bukti adanya kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang adalah ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden, Kalijati dan Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda prasejarah bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dengan pola sangat sederhana.
Selain itu, dalam periode prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Sagalaherang.
Hindu
Pada saat berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan, yakni Tarumanagara, Galuh, dan Pajajaran. Selama berkuasanya 3 kerajaan tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sudah ada kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim hingga di luar kawasan Nusantara. Peninggalan berupa pecahan-pecahan keramik asal Cina di Patenggeng (Kalijati) membuktikan bahwa selama abad ke-7 hingga abad ke-15 sudah terjalin kontak perdagangan dengan wilayah yang jauh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa tersebut, wilayah Subang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires seorang Portugis yang mengadakan perjalanan keliling Nusantara menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah timur Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah kerajaan Sunda.
Islam
Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan agama Islam ke berbagai pelosok Subang.
Kolonialisme
Pasca runtuhnya kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya wilayah lain di P. Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat kerajaan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda berupaya menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat konflik Mataram-VOC, wilayah Kabupaten Subang, terutama di kawasan utara, dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara turun-temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda. Lahan yang dikuasai penguasa perkebunan saat itu mencapai 212.900 ha. dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di daerah ini, pemerintah Belanda membentuk distrik-distrik yang membawahi onderdistrik. Saat itu, wilayah Subang berada di bawah pimpinan seorang kontrilor BB (bienenlandsch bestuur) yang berkedudukan di Subang.
Nasionalisme
Tidak banyak catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten Subang. Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916 di Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap (Pabuaran) dan di Sukamandi (Ciasem). Selanjutnya, pada tahun 1928 berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo (karyawan kantor pos), dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra (karyawan P & T Lands). Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas percetakan tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng Jayawisastra dipecat sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng Jayawisastra dan Tohari mendirikan cabang Partai Nasional Indonesia yang berkedudukan di Subang. Sementara itu, Darmodiharjo tahun 1935 mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang Parindra dan Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di Jakarta menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop Sukamandi digelar rapat akbar GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan serupa dengan GAPI Pusat.
Jepang
Pendaratan tentara angkatan laut Jepang di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret 1942 berlanjut dengan direbutnya pangkalan udara Kalijati. Direbutnya pangkalan ini menjadi catatan tersendiri bagi sejarah pemerintahan Hindia Belanda, karena tak lama kemudian terjadi kapitulasi dari tentara Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda di Nusantara serta merta jatuh ke tangan tentara pendudukan Jepang. Para pejuang pada masa pendudukan Belanda melanjutkan perjuangan melalui gerakan bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang ini Sukandi (guru Landschbouw), R. Kartawiguna, dan Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara Jepang.
Merdeka
Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada didirikannya berbagai badan perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat (BKR), API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan lain-lain, banyak di antara anggota badan perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI. Saat tentara KNIL kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang menghadapinya melalui dua front, yakni front selatan (Lembang) dan front barat (Gunung Putri dan Bekasi). Tahun 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang. Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas pertimbangan strategi perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946 diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari jabatannya. Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil residen. Pada masa gerilya selama Agresi Militer Belanda I, residen tak pernah jauh meninggalkan Subang, sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para pejuang, saat itu residen bermukim di daerah Songgom, Surian, dan Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat memutuskan : 1.Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2.Wilayah Karawang Timur menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya Danta Gandawikarma. 3.Wilayah Karawang Barat menjadi Kabupaten Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei. Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibukotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No. : 01/SK/DPRD/1977.
Media pembelajaran
Dari aspek pendidkan ada beberapa media pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan seseuai dari info http://edu-articles.com/berbagai-jenis-media-pembelajaran/ Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang palng
sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat
dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah
tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja
dirancang.
Berbagai sudut pandang untuk menggolongkan jenis-jenis media.
Rudy Bretz
(1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual
dan gerak):
1. Media audio
2. Media cetak
3. Media visual diam
4. Media visual gerak
5. Media audio semi gerak
6. Media visual semi gerak
7. Media audio visual diam
8. Media audio visual gerak
Anderson (1976)
menggolongkan menjadi 10 media:
1. audio
: Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
2. cetak
: buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
3. audio-cetak
: kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4. proyeksi visual diam
: Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
5. proyeksi audio visual diam : film bingkai slide bersuara
6. visual gerak
: film bisu
7. audio visual gerak
: film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi
8. obyek fisik
: Benda nyata, model, spesimen
9. manusia dan lingkungan : guru, pustakawan,
laboran
10. komputer
: CAI
Schramm (1985)
menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks
(film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi,
teks). Selain itu menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu
media masal (liputannya luas dan serentak / radio, televisi), media
kelompok (liputannya seluas ruangan / kaset audio, video, OHP, slide,
dll), media individual (untuk perorangan / buku teks, telepon, CAI).
Henrich, dkk
menggolongkan:
1. media yang tidak diproyeksikan
2. media yang diproyeksikan
3. media audio
4. media video
5. media berbasis komputer
6. multi media kit.
Pada artikel ini, media akan diklasifikasikan menjadi media
visual, media audio, dan media audio-visual.
A.
MEDIA VISUAL
1. Media yang tidak diproyeksikan
- Media realia adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
- Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.
- Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:
1) gambar / foto: paling umum
digunakan
2) sketsa: gambar sederhana atau draft
kasar yang melukiskan bagian pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat
menarik perhatian siswa, menghindarkan verbalisme, dan memperjelas
pesan.
3) diagram / skema: gambar sederhana
yang menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan struktur dari
obyek tertentu secara garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi
kehidupan dari sel samapai organisme.
4) bagan / chart : menyajikan ide atau
konsep yang sulit sehingga lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan
mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam
bagan sering dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram,
kartun, atau lambang verbal.
5) grafik: gambar sederhana yang
menggunakan garis, titik, simbol verbal atau bentuk tertentu yang
menggambarkan data kuantitatif. Misal untuk mempelajari pertumbuhan.
2. Media proyeksi
1. Transparansi OHP merupakan alat
bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap
seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus
membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat
lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead
projector / OHP). Teknik pembuatan media transparansi, yaitu:
- Mengambil dari
bahan cetak dengan teknik tertentu
- Membuat sendiri
secara manual
2. Film bingkai / slide adalah film
transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci.
Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama
lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya
kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya
adalah beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis.
Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.
B. MEDIA AUDIO
1. Radio
Radio
merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk
mendengarkan berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa
kejadian dan peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah
kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media
pembelajaran yang cukup efektif.
2. Kaset-audio
Yang
dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah.
Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya
pengadaan dan perawatan murah.
C. MEDIA AUDIO-VISUAL
1. Media video
Merupakan
salah satu jenis media audio visual, selain film. Yang banyak
dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk
VCD.
2. Media komputer
Media
ini memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu
menampilkan teks, gerak, suara dan gambar, komputer juga dapat
digunakan secara interaktif, bukan hanya searah. Bahkan komputer yang
disambung dengan internet dapat memberikan keleluasaan belajar menembus
ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar yang hampir tanpa
batas.Sumber : http://edu-articles.com/berbagai-jenis-media-pembelajaran/
Senin, 15 November 2010
Alat Laboratorium Biologi SMP
ALAT DAN BAHAN | |||
---|---|---|---|
1 | Perangkat Alat Bedah | 1 | set |
2 | Kotak Genetika | 4 | set |
3 | Kaca Pembesar | 4 | buah |
4 | Respirometer | 4 | buah |
5 | Lumpang dan Alu | 4 | set |
6 | Pelat Tetes | 4 | buah |
7 | Tabung Reaksi, 150 x 16 mm, pak isi 50 | 1 | pak |
8 | Penjepit Tabung Reaksi, pak isi 10 | 1 | pak |
9 | Sikat Tabung Reaksi, pak isi 10 | 1 | pak |
10 | Rak Tabung Reaksi | 4 | buah |
11 | Vaseline | 1 | x 500 gr |
12 | Sodium Hydrokside (NaOH) | 1 | x 500 gr |
13 | Kertas lakmus merah dan Biru | 4 | pak |
14 | Biuret | 1 | x 500 ml |
15 | Benedict | 1 | x 500 ml |
16 | Lugol | 1 | x 250 ml |
17 | Kapur Tohor | 2 | 1x 1kg |
18 | Termometer Badan | 1 | buah |
19 | Termometer Alkohol, -10 s/d 1100C | 4 | buah |
20 | Hygrometer | 1 | buah |
21 | Auxanometer | 2 | buah |
22 | Cawan petri | 4 | buah |
23 | Pipet Tetes, pak isi 10 | 2 | pak |
24 | Gelas Kimia, 100 ml | 4 | buah |
25 | Gelas Kimia, 250 ml | 4 | buah |
26 | Gelas Kimia, 1000ml | 4 | buah |
27 | Labu Erlenmeyer 250 ml | 8 | buah |
28 | Sumbat Karet 2 Lubang | 8 | buah |
29 | Sumbat Karet 1 Lubang | 8 | buah |
30 | Slinder Ukur 25 ml | 4 | buah |
31 | Slinder Ukur 100ml | 4 | buah |
32 | Kaca Arloji | 4 | buah |
33 | Corong Kaca | 4 | buah |
34 | Batang Pengaduk | 4 | buah |
35 | Pembakar Spiritus, Kaca | 4 | buah |
36 | Kaki Tiga Lingkaran | 4 | buah |
37 | Kasa, St steel | 4 | buah |
38 | Kertas Saring, pak isi 100 | 4 | pak |
39 | Akuarium | 1 | buah |
40 | Pipa Y panjang | 4 | buah |
41 | Pipa L | 16 | buah |
42 | Kuadrat, dapat dilipat | 4 | buah |
43 | Statif | 4 | buah |
44 | Klem Universal | 4 | buah |
45 | Boss Head | 4 | buah |
46 | Stop Watch | 1 | buah |
47 | Tensi Meter Digital (otomatis tensi meter) | 1 | buah |
MIKROSKOP | |||
48 | Mikroskop, Untuk Siswa | 4 | buah |
49 | Mikroskop, Stereo | 1 | buah |
50 | Perangkat Pemeliharaan Mikroskop | 1 | set |
51 | Preparat Kering , Tulang Rawan | 4 | buah |
52 | Preparat Kering , Tulang Keras | 4 | buah |
53 | Preparat Kering , Batang Dikotil, p.1 | 4 | buah |
54 | Preparat Kering , Batang Monokotil,p.1 | 4 | buah |
55 | Preparat Kering , Akar Dikotil,p.1 | 4 | buah |
56 | Preparat Kering , Akar Monokotil, p.1 | 4 | buah |
57 | Preparat Kering , Daun Dikotil,p.1 | 4 | buah |
58 | Preparat Kering , Daun Monokotil,p.1 | 4 | buah |
59 | Preparat Kering , Mamalia , Otot Lurik | 4 | buah |
60 | Preparat Kering , Mamalia , Otot Polos, Usus halus,p.1 | 4 | buah |
61 | Preparat Kering , Otot Jantung | 4 | buah |
62 | Preparat Kering , Sel Darah merah | 4 | buah |
63 | Preparat Kering , Sel Darah putih | 4 | buah |
64 | Preparat Kering , Paramaicium | 4 | buah |
65 | Preparat Kering , Hidra | 4 | buah |
66 | Preparat Kering , Spirogyra | 4 | buah |
67 | Preparat Kering , Jamur Aspergilles. | 4 | buah |
68 | Kotak Penyimpanan Preparat | 1 | buah |
69 | Kaca Benda pak isi 50 buah | 4 | pak |
70 | Kaca Penutup pak isi 50 buah | 8 | pak |
MODEL ANATOMI | |||
71 | Model, Mata manusia | 1 | buah |
72 | Model, Teliga manusia | 1 | buah |
73 | Model, Torso Wanita tanpa Kepala | 1 | buah |
74 | Model, jantung manusia | 1 | buah |
75 | Model Rangka Manusia | 1 | buah |
PERAGA CARTA | |||
76 | Carta , Hukum Mandel | 1 | buah |
77 | Carta, Perkembangan Tumbuhan Generatif | 1 | buah |
78 | Carta, Perkembangan Tumbuhan Vegetatif | 1 | buah |
79 | Carta, Hewan Tinggi Generatif | 1 | buah |
80 | Carta, Sistem Saraf Manusia | 1 | buah |
81 | Carta, darah dan peredarannya | 1 | buah |
82 | Carta, Pencernaan Manusia | 1 | buah |
83 | Carta, Ekskresi Manusia | 1 | buah |
84 | Carta, Pernapasan Manusia | 1 | buah |
85 | Carta, Jaringan Tumbuhan | 1 | buah |
86 | Carta Cara-cara Penyerbukan | 1 | buah |
87 | Carta, Otot Manusia | 1 | buah |
88 | Carta Reproduksi Manusia | 1 | buah |
89 | Carta Organisasi Kehidupan | 1 | buah |
90 | Carta Metamorfosis | 1 | buah |
91 | Carta Tahapan perkembangan Manusia | 1 | buah |
92 | Carta Alat Indera | 1 | buah |
93 | Kartu Binatang | 4 | set |
94 | Kartu Tumbuhan | 4 | set |
95 | Bioplastik Bryophyta | 1 | set |
96 | Bioplastik Pteridophyta | 1 | set |
97 | Bioplastik Insecta | 1 | Set |
98 | Bioplastik Berbagai Contoh Biji | 1 | Set |
99 | Bioplastik Gymnospermae | 1 | set |
100 | Buku Panduan Penggunaan Alat Biologi | 2 | buah |
Alat Laboratorium Fisika SMP
Add caption |
No | Peralatan | Satuan | |
---|---|---|---|
KIT MEKANIKA | |||
1 | Dasar Statif , pak isi 2 | 4 | Pak |
2 | Kaki Statif, pak isi 2 | 4 | Pak |
3 | Balok Pendukung , pak isi 2 | 4 | Pak |
4 | Batang Statif pendek, pak isi 2 | 4 | Pak |
5 | Batang Statif panjang, pak isi 2 | 4 | Pak |
6 | Penyambung batang statif | 4 | Buah |
7 | Penggaris Logam, 50 cm | 4 | Buah |
8 | Neraca Pegas 1.5 N | 4 | Buah |
9 | Penunjuk pasang | 4 | psng |
10 | Tali pada roda | 4 | rol |
11 | Beban Pemberat 50 gr, pak isi 6 | 4 | pak |
12 | Beban Pemberat 25 gr, pak isi 6 | 4 | pak |
13 | Neraca Pegas 3.0 N , pak isi 2 | 4 | pak |
14 | Jangka Sorong | 4 | buah |
15 | Balok Alumunium | 4 | buah |
16 | Jepit penahan, pak isi 3 | 4 | pak |
17 | Katrol dia. 50 mm, pak isi 2 | 4 | pak |
18 | Katrol dia.100mm, pak isi 2 | 4 | pak |
19 | Steker Poros | 4 | buah |
20 | Batang Pengait, pak isi 2 | 4 | pak |
21 | Tuas | 4 | buah |
22 | Steker Perangkai , pak isi 2 | 4 | pak |
23 | Batang Perangkai, pak isi 2 | 4 | pak |
24 | Bidang Miring | 4 | buah |
25 | Pegas Spiral, 0,1 N/ cm | 4 | buah |
26 | Balok Gesek | 4 | buah |
27 | Kubus Materi 6 materi | 4 | set |
28 | Stopwatch/ jam henti analog 1 tombol | 4 | buah |
29 | Kereta Dinamika | 4 | buah |
30 | Kereta Dinamika dengan Motor | 4 | buah |
31 | Balok Bertingkat, Plastik | 4 | buah |
32 | Pengetik waktu + pita kertas | 4 | buah |
33 | Buku Panduan Penggunaan Alat | 4 | buah |
34 | Boks kit dengan tempat dudukan Alat | 4 | buah |
KIT HIDROSTATIKA& PANAS | |||
1 | Tabung Berpancuran , Plastik | 4 | buah |
2 | Gelas Kimia (Beaker) , 250 ml | 4 | buah |
3 | Slinder Ukur 100 ml, Plastik | 4 | buah |
4 | Selang Plastik, pak isi 2 | 4 | pak |
5 | Corong Plastik | 4 | buah |
6 | Penjepit Pendukung, Plastik | 4 | buah |
7 | Penghubung Slang, pak isi 2 | 4 | pak |
8 | Pelacak Tekanan Air, pak isi 2 | 4 | pak |
9 | Tabung Plastik , dengan tutup berpenggantung | 4 | buah |
10 | Tabung Plastik dengan beban | 4 | buah |
11 | labu erlenmeyer, pak isi 3 | 4 | pak |
12 | Pipa Lubang Kecil, pak isi 3 | 4 | pak |
13 | Bak Plastik muai zat cair | 4 | buah |
14 | Penunjuk Khusus | 4 | buah |
15 | Pipa Baja | 4 | buah |
16 | Pipa Alumunium | 4 | buah |
17 | Pipa tembaga | 4 | buah |
18 | Selang Silikon | 4 | buah |
19 | Pembakar Spiritus, Metal | 4 | buah |
20 | Termometer Celcius dengan Skala ,-10 s/d 1100 C , pak isi 2 | 4 | pak |
21 | Termometer Fahrenheit dengan Skala ,-10 s/d 1100 C | 4 | buah |
22 | Termometer tanpa skala | 4 | buah |
23 | Tabung Reaksi pak isi 2 | 4 | buah |
24 | Sumbat Karet kecil 1 lubang pak isi 2 | 4 | pak |
25 | Sumbat Karet besar 2 lubang pak isi 2 | 4 | pak |
26 | Sumbat Karet besar 1 lubang pak isi 3 | 4 | pak |
27 | Sumbat Karet kecil tanpa lubang pak isi 2 | 4 | pak |
28 | Gelas Tiga Arah, pak isi 2 | 4 | pak |
29 | Bola dari Glass., pak isi 2 | 4 | pak |
30 | Siring, 50 ml | 4 | buah |
31 | Siring, 10 ml | 4 | Buah |
32 | Klem Universal, pak isi 2 | 4 | pak |
33 | Klem Boss Head, pak isi 2 | 4 | pak |
34 | Buku Panduan Penggunaan Alat | 4 | buah |
35 | Boks kit dengan tempat dudukan Alat | 4 | buah |
KIT LISTRIK & MAGNET | |||
1 | Papan Rangkaian 120 Lubang | 4 | buah |
2 | Penghubung Jembatan , pak isi 10 | 4 | pak |
3 | Jepit Buaya, sepasang | 4 | psng |
4 | Saklar Tukar, pak isi 2 | 4 | pak |
5 | Inti besi -I | 4 | buah |
6 | Inti besi- U | 4 | buah |
7 | Kumparan, 250 lilitan | 4 | buah |
8 | Kumparan, 500 lilitan | 4 | buah |
9 | Kumparan, 1000 Lilitan | 4 | buah |
10 | Jepit Steker, pak isi 4 | 4 | pak |
11 | Steker Pegas , pak isi 2 | 4 | pak |
12 | Magnet Batang Alnico, pasang | 4 | psng |
13 | Model Kompas | 4 | buah |
14 | Wadah Sel, Plastik | 4 | buah |
15 | Elektroda, Tembaga | 4 | buah |
16 | Elektroda, seng | 4 | buah |
17 | Elektroda , Besi | 4 | buah |
18 | Elektroda, Timbal | 4 | buah |
19 | Resistor 47 W ,pak isi 2 | 4 | pak |
20 | Resistor 56 W ,pak isi 2 | 4 | pak |
21 | Resistor 100W ,pak isi 2 | 4 | pak |
22 | Resistor 470W ,pak isi 2 | 4 | pak |
23 | Lampu LED | 4 | buah |
24 | Saklar Satu Kutub | 4 | buah |
25 | Pemegang Lampu E 10, pak isi 2 | 4 | pak |
26 | Bola Lampu E 10 , pak isi 4 | 4 | pak |
27 | Kawat Konstanta, 25 m | 4 | rol |
28 | Kawat Nikrom, 25 m | 4 | rol |
29 | Kawat Sakering, 25 m | 4 | rol |
30 | Kawat Tembaga, 25 m | 4 | rol |
31 | Serbuk besi, 100 gr | 4 | pak |
32 | Pemegang Baterai untuk size D, pak isi 4 | 4 | pak |
33 | Kabel Penghubung 4 mm, Merah , pak isi 2 | 4 | pak |
34 | Kabel Penghubung 4 mm, Hitam, pak isi 2 | 4 | pak |
35 | Batang PVC, Pak isi 2 | 4 | pak |
36 | Batang Plexyglass , pak isi 2 | 4 | pak |
37 | Kain Wol+Sutra | 4 | set |
38 | Magnet Pemetaan pak isi 10 | 4 | pak |
39 | Model Motor Listrik (generator) | 4 | buah |
40 | Buku Panduan Penggunaan Alat | 4 | buah |
41 | Boks kit dengan tempat dudukan Alat | 4 | buah |
KIT OPTIKA | |||
1 | Meja Optik | 4 | buah |
2 | Rel Presisi, pak isi 3 | 4 | pak |
3 | Penyambung Rel, pak isi 2 | 4 | pak |
4 | Kaki Untuk Rel, pak isi2 | 4 | pak |
5 | Lampu Cadangan, 12 V/18 W, pak isi 4 | 4 | buah |
6 | Rumah Bertangkai, dengan lampu | 4 | buah |
7 | Pemegang slaid Diafragma | 4 | buah |
8 | Diafragma, 5 Celah | 4 | buah |
9 | Diafragma, 1 Celah | 4 | buah |
10 | Diafragma, 4 Lubang | 4 | buah |
11 | Diafragma Anak Panah | 4 | buah |
12 | Layar Translusen | 4 | buah |
13 | Lensa 50 mm dengan rumah bertangkai | 4 | buah |
14 | Lensa 100 mm dengan rumah bertangkai | 4 | buah |
15 | Lensa 200 mm dengan rumah bertangkai | 4 | buah |
16 | Lensa -100 mm dengan rumah bertangkai | 4 | buah |
17 | Tumpakan Berpenjepit, pak isi 4 | 4 | pak |
18 | Kaca 1/2 Lingkaran | 4 | buah |
19 | Prisma, siku-siku | 4 | buah |
20 | Lensa Biconvex | 4 | buah |
21 | Cermin Kombinasi | 4 | buah |
22 | Lensa Bikonkaf | 4 | buah |
23 | Balok kaca | 4 | buah |
24 | Pemegang Lilin | 4 | buah |
25 | Bak Persegi Panjang | 4 | buah |
26 | Bak Bujur Sangkar | 4 | buah |
27 | Buku Panduan Penggunaan Alat | 4 | buah |
28 | Boks kit dengan tempat dudukan Alat | 4 | buah |
ALAT UMUM | |||
1 | Catu daya | 4 | buah |
2 | Timbangan, 311 gr | 1 | buah |
3 | Slinki | 1 | buah |
4 | Garputala, terpasang sepasang | 1 | set |
5 | Multi meter analog | 1 | buah |
6 | Tabung Penyaringan | 4 | buah |
7 | Cermin Datar lipat dengan busur derajat | 4 | buah |
8 | Meter Dasar , pak isi 2 | 4 | pak |
9 | Model, Tatasurya | 1 | buah |
10 | Model, Planetarium | 1 | buah |
11 | Perkakas Elektronik | 1 | set |
Senin, 08 November 2010
Renungan Musibah merapi
بسم الله الرحمن الرحيم
Renungan Musibah Merapi
Musibah karena Dosa
“Telah tsabit dari Khalifah Ar-Rasyid Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz rahimahullah,
bahwasannya ketika terjadi musibah gempa di zaman beliau, maka beliau
menulis surat kepada seluruh jajarannya di seluruh daerah berisi
perintah agar mereka memerintahkan kaum muslimin untuk bertaubat kepada
Allah Ta’ala, memohon kepada-Nya dan minta ampunan dosa-dosa yang mereka
kerjakan.” (Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz rahimahullah, 2/129)
Sungguh tepatlah apa yang dilakukan oleh
pemimpin kaum muslimin ini, sebab bencana yang menimpa manusia, tidak
lain karena dosa yang mereka kerjakan. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan musibah apapun yang menimpa kalian
adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (Asy-Syuraa: 30)
Allah Ta’ala juga berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ
فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ
الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ
أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا
أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami
adzab disebabkan dosanya. Di antara mereka ada yang Kami timpakan
kepadanya hujan batu, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan
di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan (dalam air), dan Allah
sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-’Ankabut: 40)
Musibah bagi Orang-orang Beriman adalah Ujian
Namun bagi orang-orang beriman, ahlut tauhid was sunnah,
bencana adalah ujian bagi mereka, yang dengannya Allah Ta’ala menghapus
dosa mereka, meninggikan derajat mereka, dan melimpahkan pahala yang
tidak terhitung jika mereka sabar dan ridho dalam menghadapi ujian
tersebut. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ
مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun”.” (Al-Baqarah: 155-156)
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
ما من مصيبة تصيب المسلم إلا كفر الله بها عنه حتى الشوكة يشاكها
“Tidaklah ada suatu musibah yang menimpa
seorang muslim, hingga duri yang menusuknya, kecuali itu akan menjadi
penghapus dosanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Juga sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam:
إن عظم الجزاء مع عظم البلاء و إن الله تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم فمن رضي فله الرضا و من سخط فله السخط
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung
besarnya ujian. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala, apabila mencintai suatu
kaum maka Allah timpakan kepada mereka bala’, barangsiapa ridho
dengannya maka Allah pun ridho kepadanya, barangsiapa yang marah
dengannya maka Allah pun marah kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihil Jami’, no. 2110)
Kesyirikan adalah Penyebab Musibah Terbesar
Tradisi Labuhan Merapi yang pernah dipimpin Maridjan untuk menghormati Kyai Sapu Jagat
(iblis penghuni Merapi -semoga Allah Ta’ala melaknatnya-) yang mereka
yakini sebagai penjaga keselamatan dan ketentraman Kesultanan dan warga
Jogya, adalah bentuk syirik kepada Allah Ta’ala dalam uluhiyyah dan rububiyah sekaligus dan merupakan sebab terbesar bencana Merapi.
Betapa Allah Ta’ala tidak murka, ibadah yang seharusnya hanya dipersembahkan kepada-Nya mereka persembahkan kepada iblis penghuni gunung Merapi. Mereka persembahkan beberapa bentuk ibadah kepadanya:
- Memohon keselamatan kepadanya (Du’aul Mas’alah)
- Harap kepadanya (ibadah hati)
- Takut kepadanya (ibadah hati)
- Tawakkal kepadanya (ibadah hati)
- Biasanya ditambahi dengan sesajen berupa hewan sembelihan dan berbagai jenis makanan sebagai persembahan kepadanya.
Ini kesyirikan dalam uluhiyyah (ibadah). Adapun kesyirikan dalam rububiyyah, mereka yakini iblis tersebut sebagai penyelamat mereka, pelindung dan pemberi rasa aman kepada mereka.
Demi Allah, tidak ada sebab bencana yang melebihi kezaliman terbesar ini. Allah Ta’ala telah mengingatkan:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ
وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ
يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا
أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا
“Dan mereka berkata, “(Allah) Yang Maha
Penyayang mempunyai anak.” Sesungguhnya (dengan perkataan itu) kamu
telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir
langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, serta gunung-gunung
runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Penyayang mempunyai
anak”.” (Maryam: 88-91)
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga telah mengingatkan:
اجتنبوا السبع الموبقات قالوا يا
رسول الله وما هن قال الشرك بالله والسحر وقتل النفس التي حرم الله إلا
بالحق وأكل الربا وأكل مال اليتيم والتولي يوم الزحف وقذف المحصنات
المؤمنات الغافلات
“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan”, Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah apakah tujuh perkara yang membinasakan itu?” Beliau menjawab: “Menyekutukan Allah,
sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan
harta anak yatim, memakan riba’, lari dari medan perang (jihad), menuduh
berzina wanita mu’minah padahal dia tidak tahu menahu (dengan zina
tersebut)”.” (HR. Al-Bukhari, no. 2615 dan Muslim, no. 272)
Kesyirikan di Merapi Lebih Buruk dari Kesyirikan di Zaman Jahiliyah
Lebih parah lagi, ketika mereka ditimpa
musibah, bukannya kembali kepada Allah Ta’ala, bertaubat kepada-Nya dam
memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, malah mereka kembali kepada juru kunci pewaris Maridjan dan kepada benda-benda dan jimat yang mereka yakini itulah yang bisa menyelamatkan mereka dari bencana.
Maka dalam hal ini, kesyirikan mereka lebih buruk dari syiriknya orang-orang musyrikin Jahiliyah dahulu (yang Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam diutus untuk mendakwahi dan memerangi
mereka), dimana mereka (sebagian musyrikin Jahiliyah) hanya
menyekutukan Allah Ta’ala ketika mereka dalam keadaan aman dan tentram,
namun ketika ditimpa bencana dan membutuhkan pertolongan, mereka kembali
mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ
دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى
الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka naik kapal, mereka
berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala
Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka
menyekutukan-Nya.” (Al-‘Ankabut: 65)
Syubhat Para Pelaku Kesyirikan dan Jawabannya
Jika mereka mengatakan, “Kami mempersembahkan upacara kepada Kyai Sapu Jagat (maupun bertawasul dengan berdoa kepada para nabi dan wali) hanyalah agar beliau menjadi wasilah
(perantara) untuk mendekatkan diri kami kepada Allah Ta’ala, atau agar
beliau memintakan keamanan untuk kami kepada Allah Ta’ala”.
Jawabannya: Kesyirikan
ini sama persis dengan apa yang dilakukan oleh kaum musyrikin di zaman
Jahiliyah dahulu, dimana mereka memohon kepada berhala-berhala juga agar
bisa lebih dekat dengan Allah Ta’ala atau mendapat syafa’at di sisi-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَالّذِينَ اتّخَذُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَآءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاّ لِيُقَرّبُونَآ إِلَى اللّهِ زُلْفَىَ
“Dan orang-orang mengambil penolong
selain Allah mereka berkata: “Kami tidaklah mengibadahi mereka melainkan
supaya mereka betul-betul mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya”.” (Az-Zumar: 3)
Juga firman Allah Ta’ala:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
“Dan mereka menyembah selain Allah apa
yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula
kemanfa’atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at
kepada kami di sisi Allah.” (Yunus: 18)
Namun jika kenyataannya mereka berkeyakinan bahwa Kyai Sapu Jagad (juga para nabi dan wali) yang memberikan keamanan kepada mereka (bukan sebagai wasilah
untuk beribadah kepada Allah Ta’ala dan mendapatkan keamanan dari-Nya),
maka dari sisi ini pun kesyirikan mereka lebih buruk dari kesyirikan
kaum musyrikin Jahilyah.
Membantu Korban Merapi dengan Dakwah Tauhid dan Sunnah
Oleh karenanya kami katakan, membantu
korban bencana dengan materi sangat penting. Namun sungguh jauh lebih
penting dari itu adalah membantu mereka dengan mengajak mereka kepada tauhid dan sunnah.
Sebab, musibah yang menimpa mereka di
dunia ini tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan adzab Allah Ta’ala
di akhirat kelak jika mereka mati dalam keadaan menyekutukan Allah
Ta’ala. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ
فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا
لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga,
dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu
seorang penolong pun.” (Al-Maidah: 72)
Juga firman Allah Ta’ala:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا
أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang kafir dari
ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang-orang musyrik (akan masuk)
neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka adalah seburuk-buruk
makhluq.” (Al-Bayyinah: 6)
Fenomena Petruk dan Ponimin
Apa yang akan terjadi dengan Merapi di masa depan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Ta’ala. Barangsiapa meyakini Petruk sudah
tahu sebelumnya berarti dia telah berbuat syirik kepada Allah Tabaraka
wa Ta’ala. Demikian pula mempercayai bualan pewaris Maridjan; Ponimin dan istrinya, sama saja dengan mempercayai dukun dan tukang ramal, pelayan-pelayan iblis merapi.
Apa yang akan terjadi kurang dari
seperempat detik kemudian termasuk perkara ghaib yang ilmunya adalah
kekhususuan bagi Allah Ta’ala, sehingga orang yang meyakini bahwa ada
selain Allah Ta’ala yang mengetahui perkara ghaib berarti dia telah
berbuat syirik kepada Allah. Firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِى ٱلسَّمَوَتِ وَٱلْأَرْضِ ٱلْغَيْبَ إِلَّا ٱللَّهُ
“Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”.” (QS. An-Naml: 65)
Dan orang yang mengabarkan tentang perkara ghaib (yang akan terjadi di masa depan) disebut dukun (kaahin) (lihat Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam rahimahullah, 35/173).
Dari mana dia mengetahui berita-berita
ghaib tersebut? Tidak lain dari tuan-tuannya, yaitu setan-setan yang
mencuri berita dari langit. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menjelaskan:
إِذَا قَضَى اللهُ الْأَمْرَ فِي
السَّمَاءِ ضَرَبَتِ الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خضَعَانًا لِقَوْلِهِ
كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ
قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: الْحَقَّ وَهُوَ
الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ. فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعَ وَمُسْتَرِقُ
السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضَهُ فَوْقَ بَعْضٍ –وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِكَفِّهِ
فَحَرَّفَهَا وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ- فَيَسْمَعُ الْكَلِمَةَ
فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ ثُمَّ يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ
تَحْتَهُ حَتَّى يُلْقِيهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوِ الْكَاهِنِ
فَرُبَّمَا أَدْرَكَ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا وَرُبَّمَا
أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كِذْبَةٍ
فَيُقَالُ: أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذا كَذَا وَكَذَا؟
فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الْكَلِمَةِ الَّتِي سُمِعَ مِنَ السَّمَاءِ
“Apabila di langit Allah menetapkan
sebuah perkara, tertunduklah seluruh malaikat karena takut dengan firman
Allah Ta’ala, seakan-akan suara rantai yang tergerus di atas batu.
Ketika sadar, mereka berkata: “Apa yang telah difirmankan oleh Rabb
kalian?” Sebagian menjawab: “Kebenaran, dan dia Maha Tinggi lagi Maha
Besar.” Lalu berita tersebut dicuri oleh para pencuri berita (setan).
Para pencuri berita itu sebagiannya berada di atas yang lain (sampai ke suatu tempat di bawah langit) –Sufyan
(rawi hadits) menggambarkan tumpang tindihnya mereka dengan telapak
tangan beliau lalu menjarakkan antara jari jemarinya–. Mereka mendengar
kalimat yang disampaikan oleh Malaikat, lalu menyampaikannya kepada yang
di bawahnya, yang di bawahnya menyampaikannya kepada yang di bawahnya
lagi, sampai yang paling bawah menyampaikannya kepada tukang sihir atau dukun.
Terkadang setan tersebut terkena
lemparan bintang sebelum menyampaikannya dan terkadang dia bisa
menyampaikannya sebelum terkena lemparan bintang. Namun setan ini telah
menyisipkan 100 kedustaan bersama satu berita yang benar itu.
Kemudian bualan dukun ini dikomentari
orang: “Bukankah kejadiannya seperti yang dia katakan?” Akhirnya dukun
ini dipercayai karena berita yang dicuri setan dari langit.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu)
Hukum Mempercayai Ucapan Ponimin tentang Masa Depan Merapi
Oleh karena itu, barangsiapa yang mempercayai ucapan Ponimin dan yang semisalnya berarti dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda:
من أتى عرافا أو كاهنا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد صلى الله عليه وسلم
“Barang siapa yang mendatangi tukang
ramal atau dukun dan membenarkan apa yang diucapkannya maka dia telah
kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam.” (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anahu)
Adapun sekedar bertanya tanpa
mempercayai ucapan dukun tersebut maka tidak diterima shalatnya selama
40 hari tanpa menghilangkan kewajiban shalat atasnya. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal,
lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima
shalatnya selama 40 malam.” (HR. Muslim dari sebagian istri Nabi
shallallahu‘alaihi wa sallam)
Himbauan kepada Kaum Muslimin
Kembali kami menghimbau kepada kaum
muslimin, agar tidak saja membantu korban Merapi dengan materi, namun
juga dengan nasihat dan ajakan untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala,
kembali mentauhidkan Allah; beribadah hanya kepada-Nya, melaksanakan
sholat lima waktu dan meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Karena hanya inilah kunci keselamatan dari bencana di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى
آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al-A’raaf: 96)
Dan ingatlah, musibah di akhirat itu
lebih dahsyat apabila mereka mati dalam keadaan menyekutukan Allah
Ta’ala. Jika mereka bisa bersabar menghadapi musibah Merapi, maka tidak
ada yang mampu bersabar menghadapi musibah di akhirat. Allah Ta’ala
telah mengingatkan:
إِنَّهَا لإحْدَى الْكُبَرِ. نَذِيرًا لِلْبَشَرِ
“Sesungguhnya neraka saqar itu adalah salah satu bencana yang amat besar, sebagai ancaman bagi manusia.” (Al-Muddatsir: 35)
Juga firman Allah Ta’ala:
لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنَ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ذَلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ
”Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di
atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api).
Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala mempertakuti hamba-hamba-Nya
dengan azdab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku wahai hamba-hamba-Ku.” (Az Zumar: 16)
Alat Peraga SD
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Untuk info lengkap & pemesanan Alat Peraga DAK SD 2010 di atas, silakan hubungi:
Hendri Budian
Email:dry3457@yahoo.com
Website: www.hendribudian.blogspot.com
Add caption |
Rabu, 13 Oktober 2010
Sabtu, 09 Oktober 2010
Kerajaan Sunda
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kerajaan Sunda (669-1579 M), menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah.
Wilayah kekuasaan:
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627), batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali ("Sungai Pamali", sekarang disebut sebagai Kali Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Naskah Wangsakerta, wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat Sunda.
Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun 458 Saka, bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja Sunda.
Beberapa orang berpendapat bahwa tahun prasasti tersebut harus dibaca sebagai 854 Saka (932 Masehi) karena tidak mungkin Kerajaan Sunda telah ada pada tahun 536 AD, di era Kerajaan Tarumanagara (358-669 AD ).
Rujukan lainnya kerajaan Sunda adalah Prasasti Sanghyang Tapak yang terdiri dari 40 baris yang ditulis pada 4 buah batu. Empat batu ini ditemukan di tepi sungai Cicatih di Cibadak, Sukabumi. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Kawi. Sekarang keempat prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta, dengan kode D 73 (Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi prasasti (menurut Pleyte):
Perdamaian dan kesejahteraan. Pada tahun Saka 952 (1030 M), bulan Kartika pada hari 12 pada bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, wuku Tambir. Hari ini adalah hari ketika raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramattunggadewa, membuat tanda pada bagian timur Sanghiyang Tapak ini. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk melanggar aturan ini. Dalam bagian sungai dilarang menangkap ikan, di daerah suci Sanghyang Tapak dekat sumber sungai. Sampai perbatasan Sanghyang Tapak ditandai oleh dua pohon besar. Jadi tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah. Siapa pun yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh makhluk halus, mati dengan cara mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, usus dihancurkan, dan dada dibelah dua.
Tanggal prasasti Jayabupati diperkirakan 11 Oktober 1030. Menurut Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952-964) saka (1030 - 1042AD).
Catatan sejarah dari Cina
Menurut F. Hirt dan WW Rockhill, ada sumber-sumber berita Cina tertentu mengenai Kerajaan Sunda. Pada saat Dinasti Sung Selatan, inspektur perdagangan dengan negara-negara asing, Chan Ju-kua mengumpulkan laporan dari para pelaut dan pedagang yang benar-benar mengunjungi negara-negara asing. Dalam laporannya tentang negara Jauh, Chu-fan-chi, yang ditulis dalam tahun 1178-1225 Masehi, menyebutkan pelabuhan air di Sin-t'o (Sunda). Chu-fan-chi melaporkan bahwa:
Orang-oarang tinggal di sepanjang pantai. Orang-orang tersebut bekerja dalam bidang pertanian, rumah-rumah mereka dibangun diatas tiang (rumah panggung) dan dengan atap jerami dengan daun pohon kelapa dan dinding-dindingnya dibuat dengan papan kayu yang diikat dengan rotan. Laki-laki dan perempuan membungkus pinggangnya dengan sepotong kain katun, dan memotong rambut mereka sampai panjangnya setengah inci. Lada yang tumbuh di bukit (negeri ini) bijinya kecil, tetapi berat dan lebih tinggi kualitasnya dari Ta-pan (Jawa Timur). Negara ini menghasilkan labu, tebu, telur kacang dan tanaman.
Buku berbahasa Cina "shun-feng hsiang-sung" dari sekitar 1430 AD mengatakan:
Dalam perjalanan ke arah timur dari Sunda, sepanjang pantai utara Jawa, kapal dikemudikan 97 1/2 derajat selama tiga jam untuk mencapai Kalapa, mereka kemudian mengikuti pantai (melewati Tanjung Indramayu), akhirnya dikemudikan 187 derajat selama empat jam untuk mencapai Cirebon. Kapal dari Banten berjalan ke arah timur sepanjang pantai utara Jawa, melewati Kalapa, melewati Indramayu, melewati Cirebon.Catatan sejarah dari Eropa
Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya menjelang jatuhnya Kerajaan Sunda oleh kekuatan Kesultanan Banten. Salah satu penjelajah itu adalah Tome Pires dari Portugal. Dalam laporannya "Summa Oriental (1513 - 1515)" ia menulis bahwa:
Beberapa orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari seluruh pulau Jawa; sebagian lagi mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya sepertiga dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya.Berdiriya kerajaan Sunda
Menurut Naskah Wangsakerta dari Cirebon, sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan Kerajaan Galuh yang mandiri. Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar, dekat Bogor saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timurFederasi antara Sunda dan Galuh
Putera Tarusbawa yang terbesar, Rarkyan Sundasambawa, wafat saat masih muda, meninggalkan seorang anak perempuan, Nay Sekarkancana. Cucu Tarusbawa ini lantas dinikahi oleh Rahyang Sanjaya dari Galuh, sampai mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan.
Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa/Sena/Sanna, Raja Galuh ketiga sekaligus teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh Purbasora. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tetapi lain ayah.
Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan Pajajaran, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara. Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora.
Saat Tarusbawa meninggal (tahun 723), kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada puteranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Rarkyan Panaraban berkuasa di Sunda-Galuh selama tujuh tahun (732-739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya; Sang Manarah (dalam carita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh, serta Sang Banga (Hariang Banga) di Sunda.
Sang Banga (Prabhu Kertabhuwana Yasawiguna Hajimulya) menjadi raja selama 27 tahun (739-766), tetapi hanya menguasai Sunda dari tahun 759. Dari Déwi Kancanasari, keturunan Demunawan dari Saunggalah, Sang Banga mempunyai putera bernama Rarkyan Medang, yang kemudian meneruskan kekuasaanya di Sunda selama 17 tahun (766-783) dengan gelar Prabhu Hulukujang. Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan kekuasaanya kepada menantunya, Rakryan Hujungkulon atau Prabhu Gilingwesi dari Galuh, yang menguasai Sunda selama 12 tahun (783-795).
Karena Rakryan Hujungkulon inipun hanya mempunyai anak perempuan, maka kekuasaan Sunda lantas jatuh ke menantunya, Rakryan Diwus (dengan gelar Prabu Pucukbhumi Dharmeswara) yang berkuasa selama 24 tahun (795-819). Dari Rakryan Diwus, kekuasaan Sunda jatuh ke puteranya, Rakryan Wuwus, yang menikah dengan putera dari Sang Welengan (raja Galuh, 806-813). Kekuasaan Galuh juga jatuh kepadanya saat saudara iparnya, Sang Prabhu Linggabhumi (813-842), meninggal dunia. Kekuasaan Sunda-Galuh dipegang oleh Rakryan Wuwus (dengan gelar Prabhu Gajahkulon) sampai ia wafat tahun 891.
Sepeninggal Rakryan Wuwus, kekuasaan Sunda-Galuh jatuh ke adik iparnya dari Galuh, Arya Kadatwan. Hanya saja, karena tidak disukai oleh para pembesar dari Sunda, ia dibunuh tahun 895, sedangkan kekuasaannya diturunkan ke putranya, Rakryan Windusakti. Kekuasaan ini lantas diturunkan pada putera sulungnya, Rakryan Kamuninggading (913). Rakryan Kamuninggading menguasai Sunda-Galuh hanya tiga tahun, sebab kemudian direbut oleh adiknya, Rakryan Jayagiri (916). Rakryan Jayagiri berkuasa selama 28 tahun, kemudian diwariskan kepada menantunya, Rakryan Watuagung, tahun 942. Melanjutkan dendam orangtuanya, Rakryan Watuagung direbut kekuasaannya oleh keponakannya (putera Kamuninggading), Sang Limburkancana (954-964).
Dari Limburkancana, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan oleh putera sulungnya, Rakryan Sundasambawa (964-973). Karena tidak mempunyai putera dari Sundasambawa, kekuasaan tersebut jatuh ke adik iparnya, Rakryan Jayagiri (973-989). Rakryan Jayagiri mewariskan kekuasaannya ka puteranya, Rakryan Gendang (989-1012), dilanjutkan oleh cucunya, Prabhu Déwasanghyang (1012-1019). Dari Déwasanghyang, kekuasaan diwariskan kepada puteranya, lalu ke cucunya yang membuat prasasti Cibadak, Sri Jayabhupati (1030-1042). Sri Jayabhupati adalah menantu dari Dharmawangsa Teguh dari Jawa Timur, mertua raja Airlangga (1019-1042).
Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja (1042-1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi ((1064-1154). Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, Rakryan Jayagiri (1154-1156), lantas oleh cucunya, Prabhu Dharmakusuma (1156-1175). Dari Prabu Dharmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, Prabhu Guru Dharmasiksa, yang memerintah selama 122 tahun (1175-1297). Dharmasiksa memimpin Sunda-Galuh dari Saunggalah selama 12 tahun, tapi kemudian memindahkan pusat pemerintahan kepada Pakuan Pajajaran, kembali lagi ke tempat awal moyangnya (Tarusbawa) memimpin kerajaan Sunda.
Sepeninggal Dharmasiksa, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya yang terbesar, Rakryan Saunggalah (Prabhu Ragasuci), yang berkuasa selama enam tahun (1297-1303). Prabhu Ragasuci kemudian diganti oleh putranya, Prabhu Citraganda, yang berkuasa selama delapan tahun (1303-1311), kemudian oleh keturunannya lagi, Prabu Linggadéwata (1311-1333). Karena hanya mempunyai anak perempuan, Linggadéwata menurunkan kekuasaannya ke menantunya, Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340), kemudian ke Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350). Dari Prabu Ragamulya, kekuasaan diwariskan ke putranya, Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357), yang di ujung kekuasaannya gugur saat Perang Bubat. Karena saat kejadian di Bubat, putranya -- Niskalawastukancana -- masih kecil, kekuasaan Sunda sementara dipegang oleh Patih Mangkubumi Sang Prabu Bunisora (1357-1371).
Prasasti Kawali di Kabuyutan Astana Gedé, Kawali, Ciamis.
Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra Linggabuana, Niskalawastukancana, yang kemudian memimpin selama 104 tahun (1371-1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang Haliwungan (Prabu Susuktunggal), yang diberi kekuasaan bawahan di daerah sebelah barat Citarum (daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang lama (1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah timur. Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai putera Ningratkancana (Prabu Déwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di daerah Galuh (1475-1482).
Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan menikahkan Jayadéwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh Jayadéwata, yang bergelar Sri Baduga Maharaja. Sapeninggal Jayadéwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa (1521-1535), kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Pajajaran runtuh.Raja-raja Kerajaan Sunda-Galuh
Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):
1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)
2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)
3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)
4. Rakeyan Banga (739 - 766)
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)
6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)
7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)
8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)
9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)
10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)
11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)
12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)
13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)
14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)
15. Munding Ganawirya (964 - 973)
16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)
17. Brajawisésa (989 - 1012)
18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)
19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)
20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)
21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)
22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)
23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)
24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)
25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)
26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)
27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)
28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)
29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)
30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)
31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)
32. Prabu Bunisora (1357-1371)
33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)
34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)
35. Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)
36. Prabu Surawisésa (1521-1535)
37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)
38. Prabu Sakti (1543-1551)
39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)
40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)
* Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
* Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" dari Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta.
* Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
* Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung.
Kerajaan Sunda (669-1579 M), menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 Caka Sunda (669 M). Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten, Jakarta, Provinsi Jawa Barat , dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah.
Wilayah kekuasaan:
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627), batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali ("Sungai Pamali", sekarang disebut sebagai Kali Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Naskah Wangsakerta, wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat Sunda.
Historiografi
Rujukan awal nama Sunda sebagai sebuah kerajaan tertulis dalam Prasasti Kebon Kopi II tahun 458 Saka (536 Masehi). Prasasti itu ditulis dalam aksara Kawi, namun, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini terjemahannya sebagai berikut:Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun 458 Saka, bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja Sunda.
Beberapa orang berpendapat bahwa tahun prasasti tersebut harus dibaca sebagai 854 Saka (932 Masehi) karena tidak mungkin Kerajaan Sunda telah ada pada tahun 536 AD, di era Kerajaan Tarumanagara (358-669 AD ).
Rujukan lainnya kerajaan Sunda adalah Prasasti Sanghyang Tapak yang terdiri dari 40 baris yang ditulis pada 4 buah batu. Empat batu ini ditemukan di tepi sungai Cicatih di Cibadak, Sukabumi. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Kawi. Sekarang keempat prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta, dengan kode D 73 (Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi prasasti (menurut Pleyte):
Perdamaian dan kesejahteraan. Pada tahun Saka 952 (1030 M), bulan Kartika pada hari 12 pada bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, wuku Tambir. Hari ini adalah hari ketika raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramattunggadewa, membuat tanda pada bagian timur Sanghiyang Tapak ini. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk melanggar aturan ini. Dalam bagian sungai dilarang menangkap ikan, di daerah suci Sanghyang Tapak dekat sumber sungai. Sampai perbatasan Sanghyang Tapak ditandai oleh dua pohon besar. Jadi tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah. Siapa pun yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh makhluk halus, mati dengan cara mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, usus dihancurkan, dan dada dibelah dua.
Tanggal prasasti Jayabupati diperkirakan 11 Oktober 1030. Menurut Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952-964) saka (1030 - 1042AD).
Catatan sejarah dari Cina
Menurut F. Hirt dan WW Rockhill, ada sumber-sumber berita Cina tertentu mengenai Kerajaan Sunda. Pada saat Dinasti Sung Selatan, inspektur perdagangan dengan negara-negara asing, Chan Ju-kua mengumpulkan laporan dari para pelaut dan pedagang yang benar-benar mengunjungi negara-negara asing. Dalam laporannya tentang negara Jauh, Chu-fan-chi, yang ditulis dalam tahun 1178-1225 Masehi, menyebutkan pelabuhan air di Sin-t'o (Sunda). Chu-fan-chi melaporkan bahwa:
Orang-oarang tinggal di sepanjang pantai. Orang-orang tersebut bekerja dalam bidang pertanian, rumah-rumah mereka dibangun diatas tiang (rumah panggung) dan dengan atap jerami dengan daun pohon kelapa dan dinding-dindingnya dibuat dengan papan kayu yang diikat dengan rotan. Laki-laki dan perempuan membungkus pinggangnya dengan sepotong kain katun, dan memotong rambut mereka sampai panjangnya setengah inci. Lada yang tumbuh di bukit (negeri ini) bijinya kecil, tetapi berat dan lebih tinggi kualitasnya dari Ta-pan (Jawa Timur). Negara ini menghasilkan labu, tebu, telur kacang dan tanaman.
Buku berbahasa Cina "shun-feng hsiang-sung" dari sekitar 1430 AD mengatakan:
Dalam perjalanan ke arah timur dari Sunda, sepanjang pantai utara Jawa, kapal dikemudikan 97 1/2 derajat selama tiga jam untuk mencapai Kalapa, mereka kemudian mengikuti pantai (melewati Tanjung Indramayu), akhirnya dikemudikan 187 derajat selama empat jam untuk mencapai Cirebon. Kapal dari Banten berjalan ke arah timur sepanjang pantai utara Jawa, melewati Kalapa, melewati Indramayu, melewati Cirebon.Catatan sejarah dari Eropa
Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya menjelang jatuhnya Kerajaan Sunda oleh kekuatan Kesultanan Banten. Salah satu penjelajah itu adalah Tome Pires dari Portugal. Dalam laporannya "Summa Oriental (1513 - 1515)" ia menulis bahwa:
Beberapa orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari seluruh pulau Jawa; sebagian lagi mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya sepertiga dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya.Berdiriya kerajaan Sunda
Menurut Naskah Wangsakerta dari Cirebon, sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, 666-669 M), menikah dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan kerajaan Sriwijaya. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, Wretikandayun (612-702) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan Kerajaan Galuh yang mandiri. Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar, dekat Bogor saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon, 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timurFederasi antara Sunda dan Galuh
Putera Tarusbawa yang terbesar, Rarkyan Sundasambawa, wafat saat masih muda, meninggalkan seorang anak perempuan, Nay Sekarkancana. Cucu Tarusbawa ini lantas dinikahi oleh Rahyang Sanjaya dari Galuh, sampai mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan.
Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Bratasenawa/Sena/Sanna, Raja Galuh ketiga sekaligus teman dekat Tarusbawa. Sena adalah cucu Wretikandayun dari putera bungsunya, Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Sena di tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh Purbasora. Purbasora dan Sena sebenarnya adalah saudara satu ibu, tetapi lain ayah.
Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke Pakuan Pajajaran, pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. Ironis sekali memang, Wretikandayun, kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara. Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora.
Saat Tarusbawa meninggal (tahun 723), kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada puteranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Rarkyan Panaraban berkuasa di Sunda-Galuh selama tujuh tahun (732-739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya; Sang Manarah (dalam carita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh, serta Sang Banga (Hariang Banga) di Sunda.
Sang Banga (Prabhu Kertabhuwana Yasawiguna Hajimulya) menjadi raja selama 27 tahun (739-766), tetapi hanya menguasai Sunda dari tahun 759. Dari Déwi Kancanasari, keturunan Demunawan dari Saunggalah, Sang Banga mempunyai putera bernama Rarkyan Medang, yang kemudian meneruskan kekuasaanya di Sunda selama 17 tahun (766-783) dengan gelar Prabhu Hulukujang. Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan kekuasaanya kepada menantunya, Rakryan Hujungkulon atau Prabhu Gilingwesi dari Galuh, yang menguasai Sunda selama 12 tahun (783-795).
Karena Rakryan Hujungkulon inipun hanya mempunyai anak perempuan, maka kekuasaan Sunda lantas jatuh ke menantunya, Rakryan Diwus (dengan gelar Prabu Pucukbhumi Dharmeswara) yang berkuasa selama 24 tahun (795-819). Dari Rakryan Diwus, kekuasaan Sunda jatuh ke puteranya, Rakryan Wuwus, yang menikah dengan putera dari Sang Welengan (raja Galuh, 806-813). Kekuasaan Galuh juga jatuh kepadanya saat saudara iparnya, Sang Prabhu Linggabhumi (813-842), meninggal dunia. Kekuasaan Sunda-Galuh dipegang oleh Rakryan Wuwus (dengan gelar Prabhu Gajahkulon) sampai ia wafat tahun 891.
Sepeninggal Rakryan Wuwus, kekuasaan Sunda-Galuh jatuh ke adik iparnya dari Galuh, Arya Kadatwan. Hanya saja, karena tidak disukai oleh para pembesar dari Sunda, ia dibunuh tahun 895, sedangkan kekuasaannya diturunkan ke putranya, Rakryan Windusakti. Kekuasaan ini lantas diturunkan pada putera sulungnya, Rakryan Kamuninggading (913). Rakryan Kamuninggading menguasai Sunda-Galuh hanya tiga tahun, sebab kemudian direbut oleh adiknya, Rakryan Jayagiri (916). Rakryan Jayagiri berkuasa selama 28 tahun, kemudian diwariskan kepada menantunya, Rakryan Watuagung, tahun 942. Melanjutkan dendam orangtuanya, Rakryan Watuagung direbut kekuasaannya oleh keponakannya (putera Kamuninggading), Sang Limburkancana (954-964).
Dari Limburkancana, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan oleh putera sulungnya, Rakryan Sundasambawa (964-973). Karena tidak mempunyai putera dari Sundasambawa, kekuasaan tersebut jatuh ke adik iparnya, Rakryan Jayagiri (973-989). Rakryan Jayagiri mewariskan kekuasaannya ka puteranya, Rakryan Gendang (989-1012), dilanjutkan oleh cucunya, Prabhu Déwasanghyang (1012-1019). Dari Déwasanghyang, kekuasaan diwariskan kepada puteranya, lalu ke cucunya yang membuat prasasti Cibadak, Sri Jayabhupati (1030-1042). Sri Jayabhupati adalah menantu dari Dharmawangsa Teguh dari Jawa Timur, mertua raja Airlangga (1019-1042).
Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja (1042-1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi ((1064-1154). Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, Rakryan Jayagiri (1154-1156), lantas oleh cucunya, Prabhu Dharmakusuma (1156-1175). Dari Prabu Dharmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, Prabhu Guru Dharmasiksa, yang memerintah selama 122 tahun (1175-1297). Dharmasiksa memimpin Sunda-Galuh dari Saunggalah selama 12 tahun, tapi kemudian memindahkan pusat pemerintahan kepada Pakuan Pajajaran, kembali lagi ke tempat awal moyangnya (Tarusbawa) memimpin kerajaan Sunda.
Sepeninggal Dharmasiksa, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya yang terbesar, Rakryan Saunggalah (Prabhu Ragasuci), yang berkuasa selama enam tahun (1297-1303). Prabhu Ragasuci kemudian diganti oleh putranya, Prabhu Citraganda, yang berkuasa selama delapan tahun (1303-1311), kemudian oleh keturunannya lagi, Prabu Linggadéwata (1311-1333). Karena hanya mempunyai anak perempuan, Linggadéwata menurunkan kekuasaannya ke menantunya, Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340), kemudian ke Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350). Dari Prabu Ragamulya, kekuasaan diwariskan ke putranya, Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357), yang di ujung kekuasaannya gugur saat Perang Bubat. Karena saat kejadian di Bubat, putranya -- Niskalawastukancana -- masih kecil, kekuasaan Sunda sementara dipegang oleh Patih Mangkubumi Sang Prabu Bunisora (1357-1371).
Prasasti Kawali di Kabuyutan Astana Gedé, Kawali, Ciamis.
Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra Linggabuana, Niskalawastukancana, yang kemudian memimpin selama 104 tahun (1371-1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang Haliwungan (Prabu Susuktunggal), yang diberi kekuasaan bawahan di daerah sebelah barat Citarum (daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang lama (1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah timur. Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai putera Ningratkancana (Prabu Déwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di daerah Galuh (1475-1482).
Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan menikahkan Jayadéwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh Jayadéwata, yang bergelar Sri Baduga Maharaja. Sapeninggal Jayadéwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa (1521-1535), kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Pajajaran runtuh.Raja-raja Kerajaan Sunda-Galuh
Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):
1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)
2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)
3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)
4. Rakeyan Banga (739 - 766)
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)
6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)
7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)
8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)
9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)
10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)
11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)
12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)
13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)
14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)
15. Munding Ganawirya (964 - 973)
16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)
17. Brajawisésa (989 - 1012)
18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)
19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)
20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)
21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)
22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)
23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)
24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)
25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)
26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)
27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)
28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)
29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)
30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)
31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)
32. Prabu Bunisora (1357-1371)
33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)
34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)
35. Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)
36. Prabu Surawisésa (1521-1535)
37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)
38. Prabu Sakti (1543-1551)
39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)
40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)
* Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
* Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" dari Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta.
* Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
* Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung.
Langganan:
Postingan (Atom)